Sepi


Matahari mulai menyeruak di sudut ruangan yang berukuran 2 x 3 M2, menembus jendela yang tertutup gorden tipis lalu perlahan pantulannya mengenai wajahku yang senyap, pukul 8.00 pagi aku terbangun. Dengan sedikit sempoyongan berjalan menuju kamar mandi. Air menyegarkan badan dari sisa-sisa kelelahan begadang kemarin.

Setelah mendapatkan kesegaran dari mandi pagi, aku mulai menjarang air untuk membuat teh hangat. Teh dan roti bakar menjadi andalan sarapan pagi sejak aku mulai indekost. Hari ini Weekend, yang artinya libur kerja, tapi aku ingin sekali pergi. Entah kemana yang penting meninggalkan kamar kecil ini.

Sejak seminggu terakhir ini aku sedang hobi klayapan, entah berapa teman kutemui termasuk singgah di kosan atau kotrakan mereka. Aku tidak pernah membiarkan diriku sendirian dari beberapa bulan terakhir ini. Untungnya masih ada beberapa teman di rantau yang bisa menemaniku sekedar bercakap di sore hari.

Pagi ini aku mulai menghubungi beberapa teman untuk kuajak menikmati libur. Mungkin ada 5 orang yang ku kirimi pesan. Selang beberapa menit satu persatu memberi jawaban, aku terpukul lesu, tidak ada satu pun dari mereka yang bisa kuajak pergi hari ini.

Sejak lulus kuliah, teman-teman mulai berkurang. Kebanyakan mereka sudah singgah ke kota lain atau pulang ke kampung halaman. Yang dulunya aku merasa punya banyak teman sekarang hanya dapat dihitung jari. Kondisi ini menyadarkanku untuk membangun pertemanan baru dan sedikit demi sedikit mulai berkawan dengan orang-orang yang kemudian datang di kehidupanku.

Dua, tiga, .., lima,…, dua puluh lima lembar buku itu kubaca tapi pikiranku kemana-mana. Pikiran berkecamuk dan aku merasa sendiri. Entah apa yang menimpaku akhirnya di sore hari aku pergi jalan-jalan sendiri. Mengendarai Honda Beat keluaran 2017 itu aku keliling kota Jogja. Tanpa sadar aku sampai di Preksu, ayam geprek legend dekat UGM itu. Aku menikmati kesendirian dengan makan ayam geprek cabe 10. Tak berselang lama, pesan Whatsapp masuk, salah satu teman mengajak bertemu. Aku memacu sepeda motor menuju Jl. Maguwoharjo melewati Ringroad Utara.

Aku memang tak cukup pintar membaca Maps dan nyasar di jalan yang cukup curam. Setelah terus mengikuti arah jalan, aku sampai pada jalanan yang indah yang di depannya terdampar pegunungan hijau. Lama-lama aku bingung dan putar arah lalu parkir di sebuah Mushola, aku kabarkan tentang nyasarku ini dan temanku datang menjemput.

Hari itu sudah hampir gelap, akhirnya kami menunggu waktu maghrib dulu. Kami menuju ke sebuah angkringan yang berada di tengah sawah . Jalanan cukup curam untuk menuju angkringan ini, Namanya Ngangkring Jon, buka sampai malam dinihari. Asap rokok mengepul dimana-mana, Wifi cukup lancar, dan harga makanan yang murah membuatku langsung cocok dengan pilihan temanku ini.

Kami langsung saling bercakap, melebur sepi dan kegelisahan pada malam yang tak terlihat rembulan. Kata demi kata saling menimpali hingga menyadarkan bahwa telah cukup lama dua jiwa ini memendam rindu untuk bercakap dan membual.

Malam ini aku kembali terselamatkan dari sepi, dan esok harus bersiap lagi dengannya..








Share:

0 komentar