Memahami Keadilan Gender Dalam Islam #CeritaPendek


Dok: Komplek Q

Esok itu Yana pergi bersama teman-temannya, kepergian mereka bukan untuk jalan-jalan biasa. Mereka menyusuri sudut kota untuk membagikan sembako pada fakir miskin dan dhuafa.

Keadaan ekonomi yang sulit membuat Yana dan teman-temannya sangat prihatin, mereka melihat banyak orang kelaparan karena kehilangan pekerjaan. Akhirnya Yana dan teman-temannya berinisiatif untuk melakukan penggalangan dana. Setelah 15 hari lebih akhirnya uang yang terkumpul cukup rumayan. Uang dari penggalangan dana itu mereka belikan sembako untuk diberikan santunan kepada fakir miskin demi menyambut lebaran tahun ini.

Akhirnya misi mulia ini akan ditunaikan, mereka menaiki mobil Anton, teman sekelas Yana semasa kuliah. Yana dan teman-teman rombongannya dengan penuh suka cita mrngantarkan bingkisan-bingkisan sembako itu. Mereka menemui penjual bensin pinggir jalan, tukang parkir, tukang bersih-bersih dll.

Yana dan teman-temannya sangat senang akhirnya bisa berbagi, bisa turut berkontribusi menghadapi covid-19 dengan segala dampak yang ditimbulkannya. Akhirnya waktu semakin sore, menjelang ashar mereka singgah di sebuah masjid untuk sholat ashar. Seharian bagi-bagi sembako disaat berpuasa sungguh mengoras tenaga.

Yana ke kamar mandi untuk berwudhu tapi ia mendapati dirinya ternyata haid, sungguh sedih sekali hati Yana, sudah menjelang berbuka malah batal puasanya.
Adzan berkumandang mereka berbuka di sebuah tempat makan yang masih dibuka namun hanya bisa take away. "Wuhh seger".. ucap Anton membawa 3 jus buah.
"Ehh Yana kan nggak puasa. Kamu mau yan," timpal Joko.
"Yana udah batal ding"
"Ya iyalah nggak perlu buka udah batal" 

Akhirnya Yana tidak dikasih jusnya karena memang hanya beli 3 sementara ada 4 orang dalam mobil. Yana hanya bisa menahan haus dan melihat teman-temannya minum jus yang segar. Walaupun tidak sampai maghrib puasanya tapi Yana sudah puasa sampai jam 4 sore, apalagi Yana juga tidak sempat sahur hanya minum segelas air putih karena keburu adzan subuh berkumandang. Kalau kalian jadi Yana apa yg ingin teman- teman katakan?
***


Mendengar ucapan Anton dan Joko Yana seketika terdiam, kaget dan tak menyangka. Bisa-bisanya Joko dan Anton bertingkah seperti itu.
Berbagai terkaan berkecamuk di benak Yana, "wuih itu namanya diskriminasi kalau kyak gitu, yang tidak puasa harusnya menghormati yang puasa dan yang puasa juga menghormati yang tidak puasa," ucap Yana sambil menahan emosi, begitu tak kuatnya ia memendam perasaan pahit yang baru saja dialaminya. Akhirnya hanya kata-kata itu yang terucap dan ia langsung diam tak mau lagi menerangkan panjang lebar karena akan semakin menyulut emosinya .

Dalam benaknya ia hanya bisa merangkai gagasan dan terkaan-terkaan, "kok bisa-bisanya orang yang selama ini ia kenal baik agamanya, baik puasanya, dan baik juga orangnya bisa berucap seperti itu," batin yana.  Hati Yana amat sakit mendengarnya, sebagai seorang muslim Yana juga sangat ingin dapat berpuasa sampai maghrib dan berbuka bersama-sama. Tapi apa boleh buat, bagaimanapun Yana adalah seorang wanita, yang harus mengalami menstruasi, sebuah kondisi biologis yang secara otomatis akan menimpa wanita yang sudah akil baligh, suatu kejadian yang sudah ditetapkan Allah (sunatullah).

Yana tidak bisa memilih untuk dilahirkan sebagai perempuan atau laki-laki karena yang menentukan semua itu hanya Allah semata. Sejak alam kandungan Allah sudah menentukan perbedaan itu, apakah ia akan dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan. Yana dan manusia-manusia lain tidak bisa memilih itu. Yana hanya meyakini apapun yang sudah ditentukan Tuhan pastilah yang terbaik, Tuhan itu pasti adil dengan segala yang diciptakan-Nya, begitulah Yana meyakini. Perbedaan yang sudah ditentukan Allah pastilah adil, hanya manusia saja yang sering membuatnya menjadi tidak adil.

Seperti yang baru saja ia alami, kalau boleh memilih Yana juga ingin tidak haid dan melanjutkan puasanya sampai genap.

Sebenarnya Yana juga tidak mengharap untuk dibelikan jus, toh ia bisa membelinya sendiri. Tapi ini berbeda, Yana merasa bahwa seharusnya Joko dan Anton tidak bicara seperti itu mengingat batalnya puasa Yana juga bukan hal yg disengaja. Peristiwa batal puasanya adalah takdir yang sudah dikehendaki Tuhan, Harusnya sebagai laki-laki yang sregep sholat ngajinya, Anton dan Joko paham itu, pikir Yana.
***

Mungkin ini adalah perkara yang klise dan remeh temeh bagi Joko dan Anton. Yana diberhentikan di sebuah caffe dan disuruh turun beli minum.. uhh Yana makin kesal, temannya tak kunjung mengerti kalau bukan masalah haus dan dahaga lagi yng dirasakan Yana. Ini adalah perkara lain yang rupanya masih banyak orang tidak menyadarinya.

Ya bagaimana lagi, sebagai anak kandung patriarki kemampuan kita mengkotak-kotakkan pekerjaan dan kegiatan, serta kejadian berdasar jenis kelamin memang sudah terasah. Ketika masak-masak bareng cuci piring adalah tugas perempuan, nggangkat galon adalah tugas laki-laki. Padahal perempuan juga biasa ngangkat galon. Di banyak institusi keagamaan praktik-praktik bias gender amat sering terjadi. Padahal pekerjaan tak punya jenis kelamin, manusialah yang menentukan suatu pekerjaan dilakukan oleh laki-laki atau perempuan.

Laki-laki dan perempuan adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan, yang mempunyai keunikannya sendiri-sendiri, yang juga sama-sama diberi akal dan kemampuan. Kebetulan Allah menghendaki wanita untuk menstruasi, nengandung, melahirkan, nifas dll, sedangkan laki-laki tidak. Pengalaman biologis laki-laki lebih sedikit dibanding perempuan. Oleh sebab itu hukum fikih syariah juga berbeda dalam menentukan hukum antara laki-laki dan perempuan.

Wanita boleh tidak berpuasa ketika menyusui karena dikhawatirkan anaknya akan kekurangan ASI ketika ibunya terus menahan haus dan lapar. Sedangkan laki-laki dibebankan tanggung jawab lebih dalam hal pemenuhan nafkah untuk keluarga, disini laki-laki adalah yang utama tapi bukan berarti wanita juga tidak boleh bekerja. Maksud seorang suami dibebankan menjadi yang utama dalam hal nafkah keluarga adalah karena ia tidak menanggung melahirkan dan menyusui, bukan karena posisi laki-laki lebih tinggi daripada perempuan, karena posisi suami dan isri dalam rumah tangga adalah sejajar untuk saling melengkapi dan bekerja sama.

Memahami hubungan antara laki-laki dan perempuan ini amat penting karena menentukan kehidupan antara keduanya. Sehingga kacamata keadilan harus benar-benar dipakai, adil bukan perkara sama rata tapi perkara kesesuaian. Semua yang sudah ditakdirkan Allah itu pasti adil (العدل), sekarang tugas manusia yang harus semaksimal mungkin bersikap adil dengan memerhatikan tanda-tanda keadilan yang sudah ditetapkan Allah Swt.

Rupanya dalam tahap ini kita akan melihat kesholehan secara ibadah/ritual tidak akan menjamin seseorang berbuat adil, hanya orang yang sudah mencapai 'ihsan' yang bisa tahu mana yang lebih baik untuk ini dan itu.

Ihsan adalah puncak dari akhlak manusia, orang yang 'ihsan' pasti juga sholeh secara syariat. Islam memang agama akhlak, membentuk manusia menjadi berakhlakul karimah adalah tujuan islam, sedang ibadah ritual sepert sholat, puasa dll adalah bentuk patuh terhadap sang Pencipta. Dengan menjalankan ritual itu manusia berharap kepada Allah agar hidupnya dituntun, diridhoi dan ditujukkan jalan yang benar dalam proses menuju 'insan kamil', menjadi umat terbaik yang tahu mana yg baik dan mana yang buruk, bagaimana seharusnya bersikap terhadap sesama manusia, antara laki-laki dan perempuan bahwa hubungan keduanya adalah ketersalingan.

Wallahu a'lam

Tags:

Share:

0 komentar