Review Buku: CRIME AND PUNISHMENT - FYODOR DOSTOEVSKY

 


dok. pribadi

Judul: Crime and Punishment ; Penulis: Fyodor Dostoevsky ; Penerbit: Wordsworth Classics ; Penerjemah dalam B. Inggris: Constance Garnett (1914) ; Halaman: 485.


Semua orang pasti berpikir bahwa seorang penjahat adalah orang yang melanggar hukum dan moral. Tapi berapa banyak orang yang berpikir, bagaimana  para penjahat itu dilahirkan?


Di buku inilah, salah satu novel klasik Rusia yang tak lekang waktu yang memasyurkan nama Fyodor Dostoevsky, 'Crime and Punishment'. Berlatar di kota Petersburg pada tahun 1860, Dostoevsky menggambarkan bagaimana seorang nihilis memandang dunia. Seorang mahasiswa hukum yang sangat logic dan cerdas bernama Rodion Romanovic Raskolnikov. Ia terancam tidak bisa melanjutkan sekolahnya karena masalah keuangan. Setelah berpikir lama dan mendapat surat dari ibunya yang menyedihkan, ia memutuskan mengakhiri rantai kesengsaraan orang-orang dengan cara membunuh sang rentenir, seorang perempuan, janda tua bernama Alyona Ivanovna. Rodion melancarkan aksinya menggunakan kampak.  


Raskolnikov mengalami gejolak kejiwaan yang luar biasa. Untuk menenangkan batinnya, ia terus memperkuat argumen atas aksi pembunuhan pada Ivanovna, bahwa ia tidak menghilangkan nyawa manusia,  tapi menghilangkan manusia tidak berguna yang menyebabkan kesengsaraan orang lain. Ia mengambil harta benda dari rumah Ivanovna. 


Banyak fragmen nilai kemanusiaan beserta gejolak kejiwaan, kegelisahan manusia dalam melihat realitas ditampilkan sangat dalam oleh Dostoevsky. Seperti kisah Sonia, gadis pelacur yang religius yang pertama kali Rodion ceritakan tentang pembunuhan Ivanovna. Dari kisah Sonia, kita diberi tahu bahwa orang-orang miskin bahkan harus melakukan hal buruk demi bertahan hidup.  


Sebagai seorang yang berpandangan nihilism,  Raskolnikov berpikir bahwa ia mungkin harus seperti Napoleon, seperti dalam artikel yang ia tuliskan, bahwa ada sekelompok orang, "Extraordinary man", yang meskipun melanggar hukum tidaklah masalah karena aksinya adalah demi kepentingan masyarakat, sehingga pada akhirnya akan kembali disucikan namanya oleh masyarat. Tetapi di akhir cerita ia sadar, bahwa ia bukanlah Napoleon.


Novel ini tak lepas dari pandangan filosofis Dostoevsky, waktu itu ia mengkritik pandangan nihilism yang sedang berkembang di Rusia. Baginya, pandangan itu berbahaya, karena memungkinkan orang untuk melanggar hukum demi kepentingannya sendiri yang ia kira mulia. Dalam novel ini pula sebenarnya Dostoevsky ingin mengabarkan bahwa tanah Romanov sedang tidak baik-baik saja, hilangnya nilai spiritualitas masyarakat menjadi penyebabnya.


Membaca ini, pantaslah jika Dostoevsky dianggap nabi abad 19, ia berhasil menyingkap misteri terdalam jiwa manusia ketika berhubungan dengan materialisme dan standar moral manusia serta agama, yang ia paparkan dalam setiap babak sepanjang cerita. Meski awalnya meragukan kuasa Tuhan, pada akhirnya Raskolnikov mempercayai 'Kekuatan yang lebih Besar'. Ia meminta pada ibunya agar sang ibu berdoa kepada Tuhan untuk keselamatannya.
















Share:

0 komentar