• Beranda
  • Motivasi
    • Premium Version
    • Free Version
    • Downloadable
    • Link Url
      • Example Menu
      • Example Menu 1
  • Opini
    • Facebook
    • Twitter
    • Googleplus
  • Puisi
    • Langgam Cinta
    • Pertemuan Bahagia dan Sedih
      • Category 1
      • Category 2
      • Category 3
      • Category 4
      • Category 5
    • Sub Menu 3
    • Sub Menu 4
  • Sebuah Perjalanan
  • Stories / Notes
  • Tips - Trik
  • Who Am I

Bangun Pagi-pagi

Tulisan ini saya terbitkan kembali setelah sebelumnya juga pernah dibuat sebagai caption dalam sebuah postingan instagram @mahardikabaktinusa. Bebarengan dengan keberangkatan tim KKN MBN UMY angkatan ke tiga pada Senin malam kemarin (25/6). Surat ini sedikit mengobati kerinduan kami akan Kampung Warmon Kokoda. Mendengar dan melihat kerinduan anak-anak kampung Warmon, maka seperti inilah kiranya sedikit ungkapan untuk mewakili kerianduan antara anak-anak Kampung Warmon Kokoda dan kawan-kawan Mahardika Bakti Nusantara;

Selamat berlayar adik-adik generasi 3 KKN PPM MBN UMY 2018. Kami yakin kalian adalah satu kesatuan yang hebat, semangat berproses, menebar manfaat membangun Nusantara.. wish u all the best
***

Surat dari Warmon

Rumah Baca Mahardika di Kampung Warmon Kokoda, Sorong, Papua Barat.
credit: medkom MBN



Kakak..
Su hampir dua tahun ini kami pu rumah baca, namanya Rumah Baca Mahardika, karena dibangun oleh kakak-kakak Mahardika bersama Warga kampung tahun 2016 silam. Di tempat inilah kami biasa berkumpul bersama kaka- kaka MBN. Banyak yang kita lakukan disini, banyak yang kaka MBN ajarkan, banyak pula yang kami bagikan pada mereka. Kami biasa bernyanyikah, belajar baca kah, mengerjakan tugas sekolah kah..
Tetapi ketika Oktober 2016 lalu kaka kaka MBN pergi kembali ke Jogja, Kami su sedih melepas kepergian mereka. Bererapa hari kemudian selepas kaka kaka MBN pergi, Rumah Baca menjadi sepi dan kami jadi jarang bermain disana.
**
Suatu ketika kami mendengar bahwa kaka kaka MBN akan kembali ke Warmon, tapi dengan orang yang berbeda. Kami sa senang sekali, walaupun bukan orang yang sama tapi kami pikir kaka kaka MBN itu selalu ramah dan menyenangkan, Jadi kami su tak sabar menyambut mereka.
Bersama kaka kaka MBN 2 kami kembali lagi meramaikan rumah baca. Kaka kaka selalu mengajak kami belajar, tetapi tak terasa belajar karena kami juga bermain. Kami baca peta, belajar mengetik kah, menonton film kah, bermain origami kah dan masih banyak lagi.  Sampai kami juga mengecat Rumah Baca Mahardika menjadi warna hijau, terkadang kaka kaka juga meminta kami mengajari bahasa Kokoda sampai makan pinang.
Sampai suatu ketika kesedihan kembali melanda kami, tepat di tanggal 4 bulan Oktober lalu kaka kaka ini kembali pergi ke Jogja. Air mata kembali menetes karena dalam waktu lama kami akan kembali kesepian, tak ada lagi yang mengajak kami menonton dan membuat origami di rumah baca.  
**
Kini kami hanya bisa mengenang kaka kaka MBN, kami tetap pergi ke rumah baca, kami juga sering menyanyi disana, tetapi tetap saja Warmon terasa sepi tanpa kaka kaka MBN.
Mungkin kalau saja ada kaka MBN lagi kami pasti sangat senang, entah kapan lagi kaka kaka MBN akan datang ke Warmon. Kami akan menunggu sampai saat itu tiba.

Wrote by Umi Nurchayati
Aksi damai menentang pelarangan penggunaan cadar di lingkungan Kampus UMY yang di glar di Fakultas Agama Islam UMY

Mengingat peristiwa demo cadar yang dilakukan mahasiswa aliansi yang menggungat pelarangan pemakaian cadar di lingkungan Fakultas Agama Islam UMY pada 19 Februari 2018, tentu peristiwa tersebut begitu membekas. Bak bom waktu, pemakaian cadar di lingkungan mahasiswa UMY memang semakin banyak. Pelarangan pemakaian cadar harus lah didasari oleh landasan yang kuat. Terlebih hal ini merupakan hal yang sensitif. Penggunaan atribut agama memang banyak di kampus, tetapi nampaknya majelis tarjih Muhammadiyah tak menganggap cadar sebagai bagian dari agama, kata salah satu dosen bahwa majelis tarjih juga tak menemukan kesunahan pemakkaian cadar dari Al-Qur’an, hadist dan sumber lainnya.
Pemahaman bahwa pemakaian cadar adalah sunnah agaknya muncul begitu saja, mereka selalu berlandaskan pada isteri-isteri Nabi Saw yang menyekat dengan tirai ketika ada sahabat Nabi. Saya tidak akan membahas mengenai hukum cadar dan sejenisnya. Persoalannya sekarang terletak pada pemakaian cadar yang semakin banyak di lingkungan kampus dan pelarangan pemakaian cadar di kampus. Tentulah sebuah peristiwa terdapat hal-hal yang mendasari kenapa bisa erjadi, menurut saya latar belakang itulah yang harus dicari untuk dicarikan solusinya.
Pertama, dalam hemat saya pemakaian cadar yang terus bertambah mengindikasikan bahwa banyak kalangan mahasiswa yang berkeinginan untuk lebih agamis, terbukti bahwa mereka beranggapan entang menutup aurat dengan benar dll. Kedua, meningkatnya pemakaian cadar juga tak bisa dilepaskan dari fenomena ngaji di medsos. Kita tahu bahwa di media sosial banyak dibagikan kajian-kajian, banyak pula mantan artis berubah menjadi ustadzah. Ini lah yang sesungguhnya harus di cover. Kehausan akan ilmu agama menjadikan banyak anak muda mencari sendiri, dan internet adalah salahsatu channel yang memungkinkan untuk hal itu. banyak kajian yang sumbernya juga tak begitu jelas. Ketiga, sebagai generasi Millenial perwujudan diri memang menjadi penting. Selera dianggap mempresentasikan diri mereka.
Kampus yang Unggul dan Islami melarang pemakaian cadar. Hal itu dipahami bahwa ini tak tepat dikatakan Islami, begitulah kiranya salah satu aspirasi dalam demo waktu itu. pihak kampus pun mempertegas bahwa pada saat pendaftaran masuk UMY para mahasiswa telah menandatangani sebuah kontrak yang berbentuk surat pernyataan yang berisian salah satunya tentang hal berbusana. Tetapi sebagian mahasiswa mengaku tak menemukan pelarangan bercadar dalam pernyataan tersebut.
Anggapan bahwa hukum bercadar itu sunnah telah menjadikan semakin meningkatnya kecenderungan mahasiswi utuk mengenakannya. Edukasi mengenai cadar atau niqab nampaknya perlu dilakukan pihak kampus. Tak heran sebagai kampus Muhammadiyah maka kebijakan kampus salah satunya juga dipengaruhi oleh majelis tarjih. Maka tagline Unggul dan Islami hendaknya di perjelas. Jika memang kampus bermaksud menjadikan kampus yang islami menurut Muhammadiyah, maka pemahaman pemahaman sesuai Muhammadiyah lah yang harus di tekankan. jika pihak kampus mempunyai misi untuk membentuk mahasiswa yang berkarakter keMuhammadiyahan maka sudah selayaknya tokoh-tokoh Muammadiyah selalu “dihadirkan” dalam keseharian mahasiswa. Maksdnya menghadirkan disini tak melulu tentang mendatangkan, akan tetapi menghadirkan pemikirannya yang bisa dilakukan oleh para dosen sembari mengajar dll.
Setidaknya dengan seperti itu maka akan bisa menghadirkan sosok, yang bisa dijadikan sebagai role model di kalangan mahasiswa. Edukasi memegang peranan penting dalam membentuk tindakan, dengan edukasi yang baik dan intens maka akan membawa mahasiswa pada Islami yang rahmatan lil alamin, sesuai dengan cita-cita Muhammadiyah. Selain itu kajian yang di isi ustadz dan ustadzah Muhammadiyah sebaiknya lebih sering diadakan dan sasarannya mendekat pada mahasiswa. hal ini saya rasa perlu agar kampus tak kecolongan oleh paham-paham lain, terlebih paham yang cenderung radikal.
Keputusan pelarangan cadar agaknya menjadi kurang tepat, karena sebagai mahasiswa sebagai pemuda sudah secara alami memiliki jiwa membangkang. Semakin di larang justru mereka akan semakin berusaha keras. Sebaiknya energi-energi positif kaum muda seperti itu diarahkan ke hal yang lebih urgent, seperti penolakan atas korupsi dll.
Melihat latar belakang tersebut maka unsur edukasi lah yang harus dikuatkan pihak kampus, bukan langsung pada pelarangan. Tetapi dengan pemahaman secara intensif justru akan lebih efektif di kalangan mahasiswa. Wallahu a’lam bis howab. (uminc, Mahasiswa ES FAI UMY-2014).

Wrote by Umi Nurchayati
Saya, Lilis, Janay, dan Karmila bermain di dalam Kampung Warmon menikmati indahnya langit menjelang sore
Foto: MBN
Tak ada yang lebih indah dari langit biru yang bersih ditambah awan cirruss putih bersih dan sunset berwarna jingga kemerah merahan. Begitulah langit Kokoda, selalu menampakkan sisi terbaiknya, membuat semua mata yang memandang tak henti-hentinya mengucap syukur atas keagunganNya. Bahkan di kala hujan pun langit Kokoda tetap indah dipandang, setelah selesai hujan maka akan nampak pelangi yang tak kalah memukau.

Itulah salahsatu keindahan di Kokoda, hanya dengan memandang langit kita akan tahu bahwa alam Papua memang terjaga, masih sedikit polusi udara . Bagi pendatang seperti kami hal ini menjadi luar biasa, di tengah kebiasaan hidup di daerah padat penduduk yaitu kota kota di Jawa yang sering menimbulkan polusi, terutama polusi udara yang merupakan imbas dari banyaknya pabrik pabrik industri dan kendaraan bermotor yang selalu memadati jalanan setiap harinya. Ketika melihat langit di Kokoda mata kami benar benar dimanjakan oleh keindahannya.

Melihat langit kokoda bersama anak-anak Kokoda di rumah baca memang sangat mengasyikan, anak anak bernyanyi, menggambar sampai bermain kejar kejaran membuat suasana menjadi riuh. Anak-anak kokoda memang sangat aktif, mereka selalu mengajak kami pergi jika sedang tak ada kegiatan, Walau mencari kangkung, kelapa sampai menangkap ikan tetap kami ikuti.
Kala itu di Sore hari selepas ashar, sekitar pukul 16.00 WIT. Kami bersama anak-anak bemain di rumah Baca Mahardika, sambil sesekali bergurau saya ajak mereka membaca peta dan berhitung. Kebetulan di rumah baca itu selain terdapat buku juga ada peta Provinsi Papua Barat, Peta Indonesia, dan peta Dunia.

Watai dan Alfiyan, dua anak Kampung Warmon Kokoda yang sedang belajar membaca peta Provinsi Papua.
Foto: umi

“kakak tinggal di mana?”
“di sini to di Pulau Jawa, nah ini Yogyakarta tempat kaka belajar”
“owww jauh itu”
“iya, eh tapi dekat juga kok”
“ahhh.. jauh itu, kakak naik apa”
“kakak naik kapal, tapi bisa juga ko naik pesawat kalau mau ke Jawa, besok kalau kau sekolah di Jawa ko bisa bertemu kakak disini, makannya sekolahnya yang rajin biar bisa sampai pulau ini to”

Begitulah terdengar percakapan antara saya dengan seorang anak Kokoda yang bernama Alfian. Tapi tak hanya alfian, anak anak lain pun ternyata banyak yang memegang buku walau terkadang mereka hanya sekedar membuka buka dan melihat gambarnya saja karena sebagian anak disini memang belom bisa membaca.

“Tanah Papua tanah yang kaya, surga kecil jatuh ke bumi
...bersama angin, bersama daun aku dibesarkan”
..hitam kulit, keriting rambut aku papua”
Terdengar anak anak juga bernyanyi besama kami, mereka terlihat bahagia dan bangga menjadi anak Papua. Papua memang tanah yang kaya, tepat sekali jika Edo Kondologit, penyanyi asli Papua itu menyebut Papua sebagai Surga Kecil jatuh ke bumi dalam likirnya.

Tiba tiba menjelang manghrib tersirat cahaya jingga yang menandakan pergantian siang ke malam. Indah sekali, di ujung pojok taman baca kami melihat sunset di awan yang berwarna kemerah merahan. Sunggu pemandangan yang sangat menakjubkan.

Pemandangan sunset di Kampung Warmon Kokoda
Foto: MBN
Keindahan alam papua seperti manggambarkan masyarakatnya sendiri dimana ketika siang hari langit cerah berwarna biru bercampur awan cirruss nan bening laksana menyapa setiap mata memandang. Begitupun masyarakat Kampung Warmon Kokoda ini. Mereka tak pernah diam, senyum dan tawa selalu saja menghiasi mereka, menumbuhkan suasana hangat di lingkungannya sehingga nyaman bagi siapapun penghuninya. Seperti sunset yang berwarna jingga kemerah merahan ini, yang disertai pula pantulan sinar dan kehangatan yang tersisa dari matahari siang. Walaupun Kampung Warmon Kokoda sering becek akibat curah hujan yang tinggi dan daerahnya yang memang di daerah rawa, namun langitnya mengobati semua itu. Keindahan tiada tara permadani biru bercampur awan cirruss dan sunset merah.

***
Diatas adalah tulisan postingan ke empat saya dalam rentetan #astoryfortherealofjourney
Sebenarnya tulisan-tulisan yang baru-baru ini merupakan kisah-kisah yang sudah lama saya tulis dan mengendap dalam hardisk komputer saya. Hingga akhirnya baru bisa saya terbitkan di laman blog ini, setelah sedikit lenggang dari beberapa urusan dan kesibukan saya.
Ohh.. iya, selama di lokasi KKN di tahun lalu saya lebih sering membagikan cerita-cerita di laman tumblr saya uminc.tumblr.com tetapi sayang sekali tumblr harus menanggung pemblokiran dari kominfo karena dianggap banyak postingan yang tak mendidik.  Padahal dari pengalaman saya menggunakan tumblr (sejak kapan saya lupa), saya justru banyak sekali menemukan konten-konten positif. Banyak cerita-cerita narasi yang saya baca di situs tersebut, mulai dari motivasi, pengalaman seeorang dll. Secara pribadi saya turut menyayangkan pemblokiran situs ini karena tumbl merupakan situs mikroblogger yang friendly banget menurut saya, tampilannya yang sederhana membuat pengguna baru lebih mudah menggunakannya, apalagi dengan adanya aplikai tumbl yang bisa diinstall di Iphone,  Android, windows phone, dll.
Saya berharap Kominfo lebih mempertimbangkan lagi untuk memblokir sebuah situs karena sejatinya penggunaan apapun itu tergantung user, menurut saya user harus pintar-pintar memiih mudhorat dan manfaat di era digital ini. Literasi digital dan keutamaan akhlak, menurut saya itulah yang musti digalakan daripada pembokiran-pemblokiran yang terkadang bermuara pada penghambatan kreatifitas.
***



Wrote by Umi Nurchayati


Labschool STKIP Muhammadiyah Sorong, satu-satunya sekolah yang ada di Kampung Warmon Kokoda. terdapat satu ruang kelas dan seorang Guru yang sekaligus menjabat sebagai Kepala Sekolah.
Foto: Medkom MBN


#Mengajar

Bukan masalah siapa yang diajar, berapa yang diajar
Apapun yang kau tahu, ajarkanlah
Karena di Kokoda, tak peduli seberapa pintar dirimu
Cukup kau yang mau mengajarkan
Menyanyikah, menuliskah, menggambar
Semua anak Kokoda menyukainya
Kadang memang mereka agak membuat kita pusing
Tapi yakinlah, mereka punya cita-cita mulia
Cukup biarkan kreatifitas mereka berkembang
Tentu saja kita mengawasinya, jangan lengah dan ajaklah
Ajakan yang menarik mereka, itu yang penting
Jangan kau biarkan mereka bosan dengan suatu hal
Kadang menulis terus menerus membuat mereka bosan memang
Trik dan intrik tentu harus dikembangkan oleh pengajar
Bukan tanpa sebab, karena anak-anak Kokoda itu cerdik
Kreatif pula
Mengajar di Kokoda itu
Bukan hanya tentang sekolah,
Bukan sebatas belajar dan mengajarkan,
Tapi tentang keikhlasan setiap tindakan dalam membangun insan mulia.


-Kampung Warmon Kokoda, 5 Agustus 2017-


Wrote by Umi Nurchayati
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Wikipedia

Hasil penelusuran

Halaman

  • Beranda
  • Motivasi
  • KOLOM
  • PUISI
  • Sebuah Perjalanan
  • Stories / Notes
  • Tips & Trik
  • Who Am I

Jejak

  • ►  2024 (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2023 (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2022 (8)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  April (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (9)
    • ►  November (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2020 (11)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (13)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ▼  2018 (18)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ▼  Juni (4)
      • Surat dari Warmon
      • Sebuah Opini: Kami Butuh Role Model!!
      • seulas senyum di sunset merah Kokoda: Langit Kokoda
      • seulas senyum di sunset merah Kokoda: Sedikit Saja...
    • ►  Mei (2)
  • ►  2016 (1)
    • ►  Desember (1)
  • ►  2015 (6)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2013 (4)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Februari (1)

Instagram

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

Popular Posts

  • Rahasia Para Pendo’a
      Sejak kecil anak-anak selalu diajarkan berbagai macam doa, mulai dari doa bangun tidur, mau makan, selesai makan,masuk/keluar kamar mandi,...
  • Memahami Keadilan Gender Dalam Islam #CeritaPendek
    Dok: Komplek Q Esok itu Yana pergi bersama teman-temannya, kepergian mereka bukan untuk jalan-jalan biasa. Mereka menyusuri sudut kota...
  • Menepis Ketakutan Belajar
      Doa belajar رَضِتُ بِااللهِ رَبَا وَبِالْاِسْلاَمِ دِيْنَا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيَا وَرَسُوْلاَ رَبِّ زِدْ نِيْ عِلْمًـاوَرْزُقْنِـيْ فَهْمًـ...
  • Mengenal Perempuan
    Jumlah perempuan di Indonesia diprediksi mencapai kurang lebih 200 juta jiwa. Begitu banyak dengan total penduduk yang menempati peringkat 4...
  • Bersyi'ar dengan Cinta ala Mbah Kakung dan Mbah Putri
    Setelah beberapa hari lalu mbah terakhir saya, Mbah Putri dari pihak Bapak kapundhut dhateng Gusti Allah, saya jadi ingat Mbah Kakung juga ...
  • Review Buku: CRIME AND PUNISHMENT - FYODOR DOSTOEVSKY
      dok. pribadi Judul: Crime and Punishment ; Penulis: Fyodor Dostoevsky ; Penerbit: Wordsworth Classics ; Penerjemah dalam B. Inggris: C...
  • Menikah Bukan Untuk Lari dari Masalah
      Kamu lagi pusing ya..? "Yaudah nikah aja" Begitu tiba-tiba seseorang menjawabnya setelah kamu menceritakan problematika hidupmu....

Draft

  • coretan unc
  • Motivasi
  • Opini
  • Puisi
  • sebuah perjalanan
  • stories / notes
  • Tips & Trik

Mengenai Saya

Foto saya
Umi Nurchayati
Blog pribadi Umi Nurchayati @uminurchayatii | uminurchayatiii@gmail.com | "Dalam samudra luas, riak saja bukan"
Lihat profil lengkapku

Copyright © 2019 Bangun Pagi-pagi. Designed by OddThemes & Blogger Templates