Sebuah Opini: Kami Butuh Role Model!!
Aksi damai menentang pelarangan penggunaan cadar di lingkungan Kampus UMY yang di glar di Fakultas Agama Islam UMY |
Mengingat peristiwa demo cadar yang
dilakukan mahasiswa aliansi yang menggungat pelarangan pemakaian cadar di
lingkungan Fakultas Agama Islam UMY pada 19 Februari 2018, tentu peristiwa tersebut begitu
membekas. Bak bom waktu, pemakaian cadar di lingkungan mahasiswa UMY memang
semakin banyak. Pelarangan pemakaian cadar harus lah didasari oleh landasan
yang kuat. Terlebih hal ini merupakan hal yang sensitif. Penggunaan atribut
agama memang banyak di kampus, tetapi nampaknya majelis tarjih Muhammadiyah tak
menganggap cadar sebagai bagian dari agama, kata salah satu dosen bahwa majelis
tarjih juga tak menemukan kesunahan pemakkaian cadar dari Al-Qur’an, hadist dan
sumber lainnya.
Pemahaman bahwa pemakaian cadar adalah
sunnah agaknya muncul begitu saja, mereka selalu berlandaskan pada
isteri-isteri Nabi Saw yang menyekat dengan tirai ketika ada sahabat Nabi. Saya
tidak akan membahas mengenai hukum cadar dan sejenisnya. Persoalannya sekarang
terletak pada pemakaian cadar yang semakin banyak di lingkungan kampus dan
pelarangan pemakaian cadar di kampus. Tentulah sebuah peristiwa terdapat
hal-hal yang mendasari kenapa bisa erjadi, menurut saya latar belakang itulah
yang harus dicari untuk dicarikan solusinya.
Pertama, dalam hemat saya pemakaian cadar yang terus
bertambah mengindikasikan bahwa banyak kalangan mahasiswa yang berkeinginan
untuk lebih agamis, terbukti bahwa mereka beranggapan entang menutup aurat
dengan benar dll. Kedua, meningkatnya
pemakaian cadar juga tak bisa dilepaskan dari fenomena ngaji di medsos. Kita
tahu bahwa di media sosial banyak dibagikan kajian-kajian, banyak pula mantan
artis berubah menjadi ustadzah. Ini lah yang sesungguhnya harus di cover.
Kehausan akan ilmu agama menjadikan banyak anak muda mencari sendiri, dan
internet adalah salahsatu channel yang memungkinkan untuk hal itu. banyak
kajian yang sumbernya juga tak begitu jelas.
Ketiga, sebagai generasi Millenial
perwujudan diri memang menjadi penting. Selera dianggap mempresentasikan diri mereka.
Kampus yang Unggul dan Islami melarang
pemakaian cadar. Hal itu dipahami bahwa ini tak tepat dikatakan Islami,
begitulah kiranya salah satu aspirasi dalam demo waktu itu. pihak kampus pun
mempertegas bahwa pada saat pendaftaran masuk UMY para mahasiswa telah
menandatangani sebuah kontrak yang berbentuk surat pernyataan yang berisian
salah satunya tentang hal berbusana. Tetapi sebagian mahasiswa mengaku tak
menemukan pelarangan bercadar dalam pernyataan tersebut.
Anggapan bahwa hukum bercadar itu sunnah telah
menjadikan semakin meningkatnya kecenderungan mahasiswi utuk mengenakannya.
Edukasi mengenai cadar atau niqab nampaknya perlu dilakukan pihak kampus. Tak
heran sebagai kampus Muhammadiyah maka kebijakan kampus salah satunya juga
dipengaruhi oleh majelis tarjih. Maka tagline Unggul dan Islami hendaknya di
perjelas. Jika memang kampus bermaksud menjadikan kampus yang islami menurut
Muhammadiyah, maka pemahaman pemahaman sesuai Muhammadiyah lah yang harus di
tekankan. jika pihak kampus mempunyai misi untuk membentuk mahasiswa yang
berkarakter keMuhammadiyahan maka sudah selayaknya tokoh-tokoh Muammadiyah selalu “dihadirkan”
dalam keseharian mahasiswa. Maksdnya menghadirkan disini tak melulu tentang
mendatangkan, akan tetapi menghadirkan pemikirannya yang bisa dilakukan oleh
para dosen sembari mengajar dll.
Setidaknya dengan seperti itu maka akan
bisa menghadirkan sosok, yang bisa dijadikan sebagai role model di kalangan
mahasiswa. Edukasi memegang peranan penting dalam membentuk tindakan, dengan
edukasi yang baik dan intens maka akan membawa mahasiswa pada Islami yang rahmatan lil alamin, sesuai dengan
cita-cita Muhammadiyah. Selain itu kajian yang di isi ustadz dan ustadzah
Muhammadiyah sebaiknya lebih sering diadakan dan sasarannya mendekat pada
mahasiswa. hal ini saya rasa perlu agar kampus tak kecolongan oleh paham-paham
lain, terlebih paham yang cenderung radikal.
Keputusan pelarangan cadar agaknya
menjadi kurang tepat, karena sebagai mahasiswa sebagai pemuda sudah secara
alami memiliki jiwa membangkang. Semakin di larang justru mereka akan semakin
berusaha keras. Sebaiknya energi-energi positif kaum muda seperti itu diarahkan
ke hal yang lebih urgent, seperti penolakan atas korupsi dll.
Melihat latar belakang tersebut maka
unsur edukasi lah yang harus dikuatkan pihak kampus, bukan langsung pada
pelarangan. Tetapi dengan pemahaman secara intensif justru akan lebih efektif
di kalangan mahasiswa. Wallahu a’lam bis
howab. (uminc, Mahasiswa ES FAI UMY-2014).
Tags:
Opini
0 komentar