BERDISKUSI BERSAMA BUDAYAWAN FAISAL KAMANDOBAT

Malam itu Rabu, 14 Desember 2016 sekitar pukul 19.00 WIB tepatnya di sebuah angkringan sederhana, sebut saja angkringan Kang Harjo. Angkringan ini cukup legendaris di kalangan anak UMY. Letaknya yang strategis dan cukup dekat dengan kampus menjadikan tempat ini pilihan untuk anak anak yang butuh tempat, baik untuk sekedar makan, nongkrong, bertemu teman, sampai rapat organisasi atau komunitas, ditambah harga yang masih bisa dijangkau oleh kaum mahasiswa nampaknya menjadi pilihan yang tepat. Salahsatunya bagi komunitas Mahardika Bakti Nusantara. Gelagak tawa riuh, dan obrolan dari mulai sekedar basa basi sampai obrolan serius mulai terdengar malam itu, yup… keluarga Mahardika Bakti Nusa atau biasa disebut MBN sedang menggelar diskusi bersama Faisal Kamandobat. Beliau adalah seeorang Budayawan, pelukis dan juga penulis puisi yang karyanya sudah nampang dimana mana. beliau adalah salahsatu lulusan Universitas Indonesia jurusan Antropologi.

Dengan latar belakang dari pondok pesantren dan dari keluarga pesantren nampaknya tak membuat beliau ingin menjadi seorang Ulama ataupun tokoh agama, budayawan dan penggiat sastra menjadi pilihannya tanpa melihat unsur latar belakang. Tak ayal lagi, beliau juga pernah aktif di beberapa organisasi diantaranya; Jogja Review Cultural Magazine, Deteksi, Balai Sastra Kecapi Jakarta, Studio Hanafi Jaakarta, Peneliti di Abdurrahman Wahid Cente Universitas Indonesia (AWCUI), Staff Career Development Centre Universitas Indonesia, Assosiate di Studio & Museum Seni Nasirun Jogjakarta, Redaktur di Jurnal Puisi Rumah Lebah dan lain-lain.

Petang itu beliau diminta untuk menyampaikan tentang Pemberdayaan Masyarakat, penyampaian beliau yang tidak kaku menjadikan kami mudah mengerti dan terjadilah diskusi ringan diantara anggota MBN. Rupanya anggota MBN Muda (sebutan untuk MBN angkatan ke-2) cukup antusias dengan kedatangan beliau, beberapa pertanyaan terlontar dari mulut mulut mereka, begitupun dari MBN Pasgas (red MBN Pasca Tugas, karena tidak mau disebut MBN tua :D) Beberapa diantara pertanyaan yang cukup menggelitik adalah tetang hal krusial sebuah komunitas yaitu masalah funding atau pendanaan mengingat MBN bermula dari sebuah Tim KKN mandiri UMY yang akhirnya berkomitmen untuk membentuk sebuah komunitas Pengabdian yang diawali dari Desa Kokoda,Sorong, Papua Barat yang juga berkeinginan untuk melebarkan daerah pengabdiaannya ke seluruh pelosok Tanah Air, seperti tutur mbak Aulia Adiba.

Mendengar hal itu beliau Mas Faisal langsung menanggapinya dengan menanyakan tujuan dan system yang ada di MBN sendiri. Jika ingin memperdayakan sebuah masyarakat disuatu daerah, hal yang perlu diketahui sebelumnya adalah.

1. Cummunity Development
Community Development masuk kedalam ranah Science for Humanity, dimana isinya termasuk dalam hal Peemberdayaan Masyarakat. Menurut Mas Faisal pemberdayaan itu harus meempertimbangkan beberapa faktor, diantaranya
- Pemberdayaan, Dalam melakukan pemberdayaan harus pelajari dulu dari masyarakatnya, apakah masyarakat tersebut memang butuh diperdayakan, kemudian lihat juga expectasi sejahtera menurut masyarakat di daerah tersebut. Karena bisa jadi menurut kita hal-hal yang sudah kita konsepkan dan yang akan kita praktikan akan menjadikan masyarakat lebih sejahtera, tetapi menurut masyarakat setempat justru sebaliknya, dalam hal ini expectasi kesejahteraan menurut masyarakat harus dikenali terlebih dahulu, begitu juga dengan kultur dari masyarakat itu sendiri.
- Mikroekonomi
Dalam mengembangkan ekonomi masyarakat, jnagan lupa mempertimbangkan social Impact bagi masyarakat, dan ide alami dari masyarakat.

 Dari pemaparannya, Mas Faisal juga menambahkan bahwa tujuan masyarakat harus dibiarkan tumbuh secara gradual sesuai kapasitas dan mimpi-mimpinya. Dalam hal ini menurut mas Faisal kita harus mengembangkan masyarakat itu berdasarkan spirit spiritual dan holistic masyarakat. Karena bisa jadi muncul logical project dengan cultural Orientation yang berbeda antara masyarakat yang diperdayakan dengan pihak yang ingin memperdayakan. Disamping itu mas Faisal juga menyampaikan bahwa dalam pemberdayaan harus berimbang antara gender, ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan (capacity Universal). Menurutnya Scientic Knowladge ke dalam masyarakat itu perlu, artinya masyarakat kita harus ditingkatkan pengetahuaannya dengan salahsatunya melalui pemberdayaan, karena dalam pemberdayaan diantaranya akan muncul beberapa program. Misalnya program Literasi yang diusung keluarga Mahardika Bakti Nusa.

“Bacaan mahasiswa S2 di Indonesia itu menjadi obrolan masyarakat biasa di Amerika” tutur mas Faisal.

Tak lupa mas Faisal juga menyampaikan bahwa dengan adanya Komunitas ini, akan melahirkan AR. Fahrudin AR Fahrudin baru, dan Ahmad Dahlan Ahmad Dahlan lain. Karena menurutnya pemuda Muhammadiyah belakangan ini telah kehilangan sosok panutan, sosok budayawan dalam menggerakkan sendi-sendi Muhammadiyah. Menurutnya dengan Kekuatan Muhammadiyah, dengan Networking Muhammadiyah yang luar biasa bukan tidak mungkin MBN sendiri malah bisa menjadi Ormas nantinya, canda beliau disela-sela diskusi.

Selain sebagai budayawan, mas faisal juga tengah disibukkan dengan risetnya, salahsatu riset yang disampaiakn petang itu menyimpulkan bahwa Wanita itu lebih bisa mengelola Ekonomi Mikro dibanding laki-laki. Karena menurutnya perembuan lebih unggul dalam controlling, monitoring, dan continuiting, selain itu perempuan juga makhluk yang multitasking, beberapa pekerjaan bisa di handle bersamaan. Tetapi dalam makro ekonomi kaum adam tetap yang menjadi prioritas karena untuk lingkup yang begitu luas membutuhkan power yang tak sedikit, tambahnya.

 “jika ingin hidup 100 tahun tanamlah pohon” itulah yang disampaikan mas Faisal, maksudnya dalam pemberdayaan, jika ingin tetap berlanjut maka performa masyarakat yang perlu ditingkatkan. Terkadang selama ini hanya upgrading System yang dikembangkan dan kurang memperhatikan performa yang dibutuhkan. Selain itu dalam sebuah komunitas juga harus memperhatikan level dan sector. Level MBN itu berapa dan disektor mana, maka perlu dikhususkan.

Dari semua yang telah dialami maka, kata mas Faisal, kita harus lihat impact yang palig besar, maka kembangkan impact yang terbesar, misalnya dalam masyarakat itu lebih didominasi di sector apa dan kembangkan sector yang berkembang di masyarakat. Kembalikan lagi ke masyarakat dan biarkan tumbuh secara gradual dan alami tanpa mengesampingkatn tugas kita sebagai sosok pendamping.

Tak cukup sampai disitu, mas Faisal juga tak lupa memberikan saran pada MBN kedepannya dan rupanya kehadiran mas Faisal cukup memberikan semangat-semangat baru khususnya untuk MBN Muda. Obrolan masih tetap berlanjut sampai saya terpaksa dengan berat hati harus meninggalkan forum terlebih dahulu, rasanya ingin lebih lama lagi berdiskusi dengan mas Faisal. Tak pernah terputus harap kami untuk bisa menimba ilmu lagi dengan mas Faisal mungkin kapan-kapan mas Faisal bisa main lagi ke keluarga Mahardika Bakti Nusantara.

Share:

0 komentar