edisi kangen: Perayaan HUT RI
dok: pribadi |
Hari
kemerdekaan Indonesia, hari dimana seluruh warga negara Indonesia memperingati
hari kemerdekaannya, hari kebebasannya dari penjajahan beratus-ratus tahun.
Tentu Hari Kemerdekaan RI atau sering disebut Dirgahayu RI menjadi sebuah hari
yang fenomenal dan memorial bagi warganya, Upacara peringatan rutin diadakan setiap
tanggl 17 Agustus.
Dahulu orang
menangis "mrebes mili" ketika merayakan upacara bendera, penuh
penghayatan mengingat perjuangan para pendahulu, mengingat banyaknya darah yang
telah ditumpahkan, dan mengingat konflik kemerdekaan yang pilu.
Hari ini
masih sama, seluruh warga negara ini masih melakukan upacara bendera, bahkan
kini peringatan semakin kencang. Banyak lomba diadakan sampai banyak pula
hadiah ditawarkan untuk peringatannya. sungguh semua itu hanyalah simbolisme
dari sebuah perayaan. simbolisme yang dahulu agung sekarang bagai barang untuk
mengencangkan sabuk penjualan.setidaknya masih ada perayaan, berarti masih
dikenang, masih lebih baik daripada tak ada.
***
Kini saya
hanya ingin memperingati hari kemerdekaan dimanapun, asal bermanfaat asal
bermakna. Seperti peringatan kemerdekaan RI setahun yang lalu, saya dan
teman-teman KKN memperingatinya di Timur Indonesia, di tempat pengabdian kami
yaitu Kampung Suku Kokoda, Papua Barat.
Sebenarnya
peringatannya cukup sederhana, diadakan banyak perlombaan dari makan kerupuk,
renang, sepak bola sampai panjat pinang. Biasa saja, renangnya air bajir dari
sungai yang menguap akibat hujan deras, sepak bola dengan memakai sarung di
tanah berlumpur nan becek, sampai panjat pinang setelah hujan reda. Waktu itu
memang sedang musim hujan, sekali hujan bisa berakibat banjir sampai selutut
lebih. Tapi hujan memang bukanlah alasan untuk bermalas-malas. seperti itulah
yang saya pelajari dari cara hidup masyarakatnya, buktinya ketika sungai
menguap justru dijadikan tempat lomba renang, ketika lapangan becek dijadika
lomba sepak bola. Alam memang anugerah terbaik ketika kita mau menerima. Semua
yang dikehendaki alam dan kita ikuti justru menambah kenikmatan, segala
perlombaan menjadi lebih berarti.
Semangat
warga benar-benar di pompa, bergotong royong bahu membahu menyiapkan semua
perlombaan. Tak peduli hujan tak peduli becek tak peduli banjir. semua terasa
syahdu, melihat warga bersorak, sedikit mengacak-acak hati saya. membuat saya
sadar bahwa Indonesia begitu agung di mata masyarakatnya, dari ujung Barat
sampai ujung Timur. Hanya warga picik dan sakit yang tak bersyukur hidup di
negara yang makmur, aman, tentran dan tak ada perang.
Jika ditanya
dimana saya ingin menghabiskan perayaan hari kemerdekaan, tentu saja jawabannya
adalah di tempat yang sama seperti setahun yang lalu. Rasa ingin kembali di
tengah-tengah warganya selalu hadir, dengan semangat 17, dengan persabahatan
alamnya dan dengan keceriaan di segala kondisi. Tapi waktu memang tak bisa diulang. Setidaknya
kepergian saya setahun lalu membuat saya sadar bahwa bukan dimana tempat kita
memperingati hari kemerdekaan, tapi dimana nurani hadir dan menjadi makna untuk
bersama membangun tanah air tercinta.
Tags:
sebuah perjalanan
0 komentar