Mbah Putri dan Jualannya

 


Saya mau bercerita sedikit tentang mbah putri yg lakunya selalu saya ingat, diumurnya yg sudah  senja mbah putri masih saja jualan kopi di pasar, beliau menggoreng kopinya sendiri dan ke pasar menjualnya dg berjalan kaki. 

Sebagai istri pejabat desa waktu dulu mbah putri tetap saja rajin ke pasar atau sekali kali nengok sawah, kalau di tmp saya menyebutnya 'bengkok' karena gaji pejabat desa waktu itu masih berwujud sawah. 

Mbah putri sudah biasa berjualan sejak masih belia, karena rumahnya dekat pasar sampai sudah usia lanjut beliau masih nyebrang sendiri ke pasar. Anak-anaknya sebenernya sudah menginginkan mbah putri untuk dirumah saja atau paling2 masih aktif di pengajian jum'at pon. Tapi sbg org yg sudah biasa penuh kegiatan sejak muda jadi permintaan anak-anaknya sering tak dihiraukan.

Menurut mbah Putri gajinya mbah kakung dulu itu tidak cukup untuk menyekolahkan anak2nya yang banyak, apalagi bentukannya sawah yg biasanya juga dijual tahunan. Jadi untuk menambal kebutuhan sehari-hari dan makan mbah Putri memilih untuk ikut turun tangan.  Bahkan sampai mbah kakung sakit dan tdk bisa kemana-mana mbah putri tetap memilih ke pasar berjualan kopi sambil ngurus mbah kakung tentu saja.

Tapi ternyata kegiatan mbah putri sekarang bukan hanya untuk menambal kebutuhan sehari hari tapi juga sekaligus hobi, katanya kalau dirumah terus malah sumpek ngak ada kegiatan, kalau di pasar beliau lebih senang karena bisa bertemu banyak orang. Alhasil sampai sebelum sakit kemarin mbah putri tetap dibolehkan saja ke pasar setiap hari, tentu saja dengan iringan omelan anak-anaknya sambil nyeberangin jalan dan mbah putri hanya ketawa-tawa.

Melihat kegiatan mbah putri yang sampai sudah renta tetap ke pasar ternyata beliau tetap bekerja bukan karena mau mencari tambahan uang tp karena kegiatan itu sudah jadi hobinya, yang membuatnya lebih bahagia jika dilakukan. 

Jadi walaupun kini mbah putri ke pasar bukan krn motif ekonomi tapi nyatanya mbah putri berjasa besar mengelola keuangan keluarganya, anak-anaknya dulu tetap bisa sekolah dan makan juga tak kekurangan.

Melihat Mbah Putri saya jadi belajar rupanya wanita juga memiliki peranan besar dalam meningkatkan dan menjaga kesejahteraan keluarga. Jadi kalau masih ada suami yang melarang bekerja ya tidak apa-apa, bisa dikompromikan. Tapi kalau sampai melarang hobi, sungguh ia telah membatasi hak perempuan bukan yang juga ingin menikmati kesukaannya, aktualisasi dirinya, dan hak menentukan arah hidupnya bersama keluarganya, tentu saja bersama suaminya menuju keluarga impian keduanya.

Akhir kata saya mohon doanya untuk Mbah Putri saya yang pada Senin malam (26/10) telah berpulang, semoga husnul khotimah dan diterima semua amal ibadahnya.

اللّهُمَّ اغْفِرْ لها وَارْحَمْها وَعَافِها وَاعْفُ عَنْها

Alfatihah



Share:

0 komentar