• Beranda
  • Motivasi
    • Premium Version
    • Free Version
    • Downloadable
    • Link Url
      • Example Menu
      • Example Menu 1
  • Opini
    • Facebook
    • Twitter
    • Googleplus
  • Puisi
    • Langgam Cinta
    • Pertemuan Bahagia dan Sedih
      • Category 1
      • Category 2
      • Category 3
      • Category 4
      • Category 5
    • Sub Menu 3
    • Sub Menu 4
  • Sebuah Perjalanan
  • Stories / Notes
  • Tips - Trik
  • Who Am I

Bangun Pagi-pagi

 


Doa belajar

رَضِتُ بِااللهِ رَبَا وَبِالْاِسْلاَمِ دِيْنَا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيَا وَرَسُوْلاَ رَبِّ زِدْ نِيْ عِلْمًـاوَرْزُقْنِـيْ فَهْمًـا

“Kami ridho Swt sebagai Tuhanku, islam sebagai agamaku, dan Nabi Muhammad sebagai Nabi dan Rasulku. Ya Allah, tambahkanlah kepadaku ilmu dan berikanlah aku pengertian yang baik.


Doa Sayyidina Ali diberi kepahaman ilmu, dihadiahkan oleh KH. Ma’sum Lasem

اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا فَهْمَ النَّبِيِّيْنَ وَحِفْظَ اْلمَرْسَلِيْنَ وَإِلْهَامَ الْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

“Ya Allah, anugerahilah kami pemahaman para nabi, hafalan para rasul, dan ilhamnya para malaikat yang dekat (dengan-Mu), sebab kasih sayang-Mu, wahai Dzat yang Mahapengasih.”

Beberapa hari yang lalu seorang teman bertanya, “mbak kalau baca-baca buku pemikiran takut nggak sih?”

Mendengar pertanyaan ini saya bisa langsung menduga kekhawatirannya. Ia pun menceritakan temannya yang kini malah sering tidak melaksanakan ritual peribadatan karena masih mempertanyaan keeksitensian Tuhan dan kebenaran agama yang dianutnya, yang menurutnya ia menjadi seperti itu setelah membaca buku-buku filsafat dan pemikiran. Sedikit heran saya, memang ada toh yang sampai seperti itu. kalaupun ada ya biar saja menjadi pengelanaannya, kita hanya bisa mendoakan. Lagipula urusan keimanan dll hanya seorang itu dan Allah saja yang tahu.

Akhirnya kita menjadi ngobrol bahas macam-macam panjang lebar.. sampe adzan berkumadang baru berakhir.

Tak sedikit ternyata orang yang menghawatirkan keimanannya akan goyah karena membaca buku yang bukan buku (agama) katanya. Bahkan ada beberapa kelompok membaca yang justru membatasi bacaan anggota-anggotanya, melarang membaca buku-buku tertentu dan menggantinya dengan bacaan-bcaan yang sudah dipilihkan.

Saya mengiyakan bahwa teks diproduksi untuk membangun wacana. Dimana kata Michel Faucault, seorang filsuf asal Perancis bahwa wacana tidak berasal dari ruang kosong melainkan diproduksi dari perilaku, gagasan dan realita empiris untuk tujuan politis.

Bacaan dan relita sekeliling kita adalah wacana itu sendiri. Sehingga membaca wacana perlu didasari oleh kelapangan hati agar tidak hanyut dalam wacana atau mengabaikan wacana. Sedangkan masalah keimanan adalah hal berbeda, secara prinsipil melekat pada setiap diri individu. Berbicara Tauhid maka sudah dijelaskan dalam Al-Qur'an al karim bahwa akidah adalah sesuatu yang kokoh. "Maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada bubul tali yang kokoh." (Q.S. 31: 22). 

Sufi Mashur Syekh Abdul Qadir al-Jaelani menerangkan bahwa seorang pengesa tentu memiliki kekuatan tauhid. Tidak ada lagi baginya yang disebut ayah, ibu, keluarga, teman, musuh, kekayaan, jabatan atau ketenangan bersama apapun, melainkan hanya ketergantungan di pintu Allah azza wa jalla dan anugerah-anugerah-Nya.

Disini Syekh Abdul Qadir al-Jaelani telah menerangkan hal subtil akidah, bahwa siapapun yang sudah mengesakan Tuhannya maka tak akan terpengaruh oleh apapun yang masuk dalam dirinya. Apalagi karena membaca buku atau mengikuti diskusi.

Saya jadi ingat pesan seorang Guru kami di pesantren, ia memberikan kami wejangan yang beliau dapat dari guru kami Allahuyarham Mbah KH. Ali Maksum Krapyak bahwa dulu santrinya justru disuruh belajar dan membaca apapun, termasuk juga untuk belajar sampai ke negara tetangga, Timur Tengah, Amerika, Afrika, dll.

Mbah Ali begitu biasa kami menyebut, meskipun saya juga tak ‘menangi’ diajar beliau tapi pemikirannya selalu diwariskan ke santri-santrinya di pondok Krapyak. Sampai sekarang tak heran jika banyak santrinya yang tak hanya mengajarkan kitab atau sima’an ketika sudah lulus tapi juga berkiprah di pemerintahan. Begitulah Mbah Ali yang juga guru mantan presiden ke-4 Allahuyarham Gus Dur.

Saya menganggap mondok di Krapyak ini memang berbeda dari pesantren-pesantren lain, atau setidaknya dari pesantren saya sebelumnya. Berbagai wacana dan aliran pemikiran dalam Islam biasa didiskusikan ketika mengaji. Disini menjadi ajang memperluas literatur para santri. Terkadang tak jarang pula mengkaji tafsir juga dengan ‘dijlentrehkan’ pemikiran para tekstualis ekstrimis sampai orientalis. Menjadi begitu segar iklim kajian di Krapyak.

Kini untuk pertanyaan awal tadi, saya hanya bisa mengatakan kalau masih ada ketakutan ya berarti masih dipertanyakan ketauhidannya. Islam adalah agama ilmu. Semua ilmu milik Allah Swt, hanya manusia saja yang membaginya ilmu dunia, ilmu akhirat dll. Padahal sejatinya semua ya kuasa Tuhan. Begitupun Islam berkembang karena keterbukaannya pada ilmu pengetahuan realitas yang terus berubah, sehingga tak usah kaget jika beberapa hukum islam itu dinamis. Darinya islam akan berkembang dan menjadi rahmat seluruh sekalian alam.

Saya punya tips agar tidak takut untuk membuka lembaran-lembaran ilmu. Para Guru Ngaji dimanapun selalu mengajarkan untuk mulai belajar dengan berdoa terlebih dahulu. Kalau di pesantren selain berdoa juga mendoakan dengan berharap akan meraih keberkahan ilmu. Tentu saja ini menjadi perlu dipraktekan bukan hanya ketika akan mengkaji ilmu agama tapi juga dalam membaca buku apapun. Berdoalah terlebih dahulu dan jatuhkan sejatuh-jatuhnya diri pada keyakinan Keesaan Tuhan.

Jangan lupa untuk selalu berdoa, memohon kepada Allah Swt agar dituntun pada jalan kebenaran. Dengan begitu kamu siap melahap buku-buku apapun termasuk buku-buku yang sering disita negara atau para pemegang kunci ‘surga’.

Bismillah.. belajar mugi-mugi paringi paham, berkah, manfaat.

Ditulis di Krapyak, 13/6
Wallahu a’lam, semoga Allah Swt meridhoi

Wrote by Umi Nurchayati

'Atas bujukan setan
Hasrat yang dijebak zaman
Kita belanja terus sampai mati'

Mendengar bait lirik lagu Efek Rumah Kaca (ERK) yang berjudul “Belanja Terus Sampai Mati” itu memang cukup menusuk hati jiwa-jiwa yang suka belanja tapi masih mikir-mikir. Ya bagaimana mungkin lirik yang diciptakan Cholil Mahmud itu bisa tak mengusik perilaku kita sekarang ini, kejeniusan ERK dalam menggubah setiap lirik patut menjadi renungan kita untuk berintropeksi diri setiap harinya. Maka tak heran jika grup band indie yang sering menyuarakan isu-isu sosial ini lantas dapat bergandengan tangan dengan Mbak Nana ‘Najwa Shihab’ untuk megisi theme song Mata Najwa dengan Album ‘Seperti Rahim Ibu.’

Cholil Mahmud sang vokalis yang pernah menempuh pendidikan di New York University Silver Center of Arts and Science ini mengaku terpengaruh jurnalistik dalam menulis lirik, yang disebabkan oleh kebiasaannya membaca koran dan majalah sedari kecil. Tak heran jika ERK juga kerap dijuluki sebagai band aktivis, namun Cholil menepisnya dengan mengatakan bahwa ia hanya mewartakan hal-hal yang terjadi di lingkungan sekitar lewat musik. Begitulah pengakuan seorang Bapak 42 tahun yang sejak tahun 2016 lalu kembali menetap di New York menemani istrinya yang sedang studi Doktor di Amerika.

Maka menengok lirik lagu ‘Belanja Terus Sampai Mati,’ amatlah penting dijadikan renungan terlebih bagi seorang muslim yang juga tidak diperkenankan untuk berlebih-lebihan dalam hal apapun. Di era sekarang umat islam memang telah menikmati kebebasannya dalam ruang publik. Sehingga wajar jika produk-produk bernuansa islam atau penggunaan istilah islam semakin banyak bertebaran di sekitar kita, seperti penggunaan atribut keagamaan, makanan berstempel halal dll. Lahirnya halal lifestyle, halal food, dan halal tourism juga tumbuh pesat tak hanya di negara dengan mayoritas penduduk muslim, juga dari negara dengan mayoritas penduduk bukan muslim seperti Jepang dan Korea Selatan yang kini juga tengah serius menggarap bisnis Halal Tourism ini.

Fenomena tersebut banyak dimotori oleh generasi muslim modern, Shelina Janmohammed dalam bukunya yang berjudul “Generation M: Young Muslim Changing the Word” menyebut mereka sebagai Generasi Muslim Millenial yang berusaha menyetarakan antara gaya hidup modern dan kesadaran agama, atau disebutnya antara iman dan modernitas.

Namun jika diamati lebih dalam gaya hidup yang berkembang itu kini telah menuntun seseorang ke arah konsumtif. Globalisasi telah membuat kebutuhan sekunder menjadi kebutuhan pokok dan keinginan seolah-olah menjadi sebuah kebutuhan. Dengan meningkatnya tren global yang menimpa masyarakat muslim kini, telah membuat mereka berlomba-lomba dalam hal fashion salah satunya yaitu berkaitan untuk tampil modis sebagai bagian untuk melawan konstruksi sosial tentang islam yang kolot dan tidak modern. Tak heran jika kini turut menjamur produksi jilbab, kaftan, gamis dll, dari yang mulai harga paling murah sampai berjuta-juta rupiah.

Hal-hal seperti itu telah mendorong umat muslim pada budaya konsumtif. Padahal ditengah-tengah itu kelas menengah keatas muslim juga dihadapkan pada realita sosial, dimana kemiskinan, kelaparan, dan perlakuan ketidakadilan masih banyak menimpa saudara muslim. Sehingga menurut penulis kaum menengah keatas harus kembali melakukan refleksi atas kondisi-kondisi yang menimpa umat islam, sehingga status kesadaran religi Generasi M tidak digunakan untuk menjaga jarak antara mereka diantara saudara sebangsa dan seiman yang kurang beruntung.

Mungkin sebagai seorang santri kita teramat sering diingatkan tentang kondisi-kondisi terkait permasalahan diatas, melalui kajian tasawuf yang intens kita telah belajar banyak dari ulama-ulama terdahulu tentang sikap tidak berlebih-lebihan, sabar, qana’ah, menjauhi dunia, dan cara membunuh hawa nafsu. Namun, kembali lagi rupanya membunuh hawa nafsu itu bukan perkara mudah, dalam kitab Minhajul Abidin karangan Imam Al-Ghazali disebutkan bahwa nafsu tidak bisa mati, tapi kita bisa menghalaunya dengan latihan menahan hawa nafsu secara terus menerus. Mencegah makan bila sudah kenyang, mencegah berbicara bila tak perlu dan penting, sampai mencegah membelanjakan uang bila bukan suatu kebutuhan menjadi selaras dengan ajaran tasawuf di pesantren. Maka untuk menyuarakan nilai-nilai tasawuf tersebut agaknya ERK cukup mewakili. Hidup di tengah budaya urban dengan kungkungan kapitalisme menjadi amat perlu menerapkan dan selalu berlatih menghalau hawa nafsu, seperti kata ERK agar tidak menjadi korban keganasan peliknya kehidupan urban atas bujukan setan dan hasrat yang dijebak zaman.

Berikut penulis kutipkan lirik lagu Belanja Terus Sampai Mati- Efek Rumah Kaca, semoga dapat pula menjadi renungan agar tetap berhati-hati menghabiskan uang kiriman di awal bulan:

'Akhir dari sebuah perjalanan
Mendarat di sudut pertokoan
Buang kepenatan
Tapi-tapi itu hanya kiasan
(Belanja terus sampai mati)
Juga juga suatu pembenaran
Atas bujukan setan
Hasrat yang dijebak zaman
Kita belanja terus sampai mati
Awal dari sebuah kepuasan
Kadang menghadirkan kebanggaan
Raih keangkuhan
Tapi tapi itu hanya kiasan
(Belanja terus sampai mati)
Juga juga suatu pembenaran
(Belanja terus sampai mati)
Atas bujukan setan
Hasrat yang dijebak zaman
Kita belanja terus sampai mati
Duhai korban keganasan peliknya kehidupan urban
Duhai korban keganasan peliknya kehidupan urban
Peliknya kehidupan urban
Peliknya kehidupan urban
Atas bujukan setan
Hasrat yang dijebak zaman
Kita belanja terus sampai mati
Tapi tapi itu hanya kiasan
(Belanja terus sampai mati)
Juga juga suatu pembenaran
(Belanja terus sampai mati)
Atas bujukan setan
Hasrat yang dijebak zaman
Kita belanja terus sampai mati'

*Tulisan ini pernah dimuat dalam http://almunawwirkomplekq.com/menyikap-budaya-konsumtif-secara-bijak-dari-lagu-erk/ dengan judul “Menyikap Budaya Konsumtif Secara Bijak dari Lagu ERK”
Wrote by Umi Nurchayati

 



Sejak kecil anak-anak selalu diajarkan berbagai macam doa, mulai dari doa bangun tidur, mau makan, selesai makan,masuk/keluar kamar mandi, masuk masjid, mau tidur dan banyak sekali doa. Sudah biasa doa-doa itu menjadi hafal sejak kecil, selain disuruh Ibu di rumah juga selalu ditekankan di TPA/TPQ setiap bakda ashar.

Namun setelah bertumbuh agak dewasa, terkadang berbagai macam bacaan doa itu juga lupa satu-persatu. Hanya beberapa saja diingat karena selalu ditemui dan dipraktekan setiap hari. Kebiasaan mempraktekan sejak kecil ini yang sampai dewasa terus berdoa. Sesuatu yg sudah biasa dilakukan menjadi seperti ada yang kurang ketika ditinggalkan. Mungkin ini pula yang dialami seorang pendoa untuk urusan hajat atau keinginan.

Manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas atas apa yang sudah diraihnya sekarang, selalu ingin lebih baik, lebih kaya, lebih pintar dll. Akhirnya berusaha mati-matian, bekerja lebih rajin, belajar sampai larut dan begadang dilakukan sebagai upaya meraih keinginan. Tapi bagi banyak orang hal itu tidak cukup. Banyak aspek-aspek yang bersentuhan dengan takdir dan keberuntungan. Sehingga mengubah takdir selain dengan usaha juga ditempuh dengan merayu Tuhan.

Seorang anak SD akhirnya bertanya pada sang Ibu, “Ibu aku pengen lulus ujian, aku takut kalo tidak lulus, kemarin sudah belajar tapi banyak yang tidak keluar di soal?”
Sang Ibu meminta anak berdoa, memohon agar jawaban yang sudah dikumpul itu ternyata benar. Ibunda menjawabnya “ya minta sama Allah sayang, Dialah pemilik Takdir, yang bisa mengubah apapun yang dikehendaki”, terang sang Ibu.

Malam harinya sang anak bangun pagi-pagi sekali, tak main-main pukul setengah 3 pagi. Mengikuti anjuran ibunya sehabis sholat tahajud ia benar membaca Sholawat dan Istighfar 3000x. Tasbih yang berjumlah 100 tak cukup untuk menghitungnnya. Karena belum ada penghitung otomatis anak itu telah menyiapkan hitungannya di siang hari. Sangat sederhana, hanya memakai biji jagung yang telah genap dihitung 3000 biji.

Sambil terkantuk-kantuk anak itu terus membaca, satu persatu jagung di sebelah kirinya berpindah ke kanan menandakan bacaannya terus berkurang. Tepat disaat azan subuh akhirnya bacaan itu selesai, ia sangat senang dan lega, wajahnya berseri-seri karena amalan yang diberi ibunya bisa tertunaikan.

Kegiatan itu terus ia lakukan sampai pengumuman ujian tiba. Di hari yang ditunggu itu rupanya sang anak dinyatakan lulus, pengumuman ditempel di papan majalah dinding sekolah. Anak itu mendapati namanya dengan nilai rata-rata yang tidak begitu bagus, hanya 7.5 namun itu sudah cukup membuatnya lega karena ternyata ada juga temannya yang tidak lulus.

Lalu ia pulang ke rumah, mengabarkan pada sang Ibu, “Ibu ternyata hasilnya lulus, tidak menyangka karena kemarin adik tidak bisa mengerjakan matematika dan ipa,” ucapnya dangan cukup bangga mengantongi angka 7 di dua mata pelajaran tersebut.

Begitulah kisah seorang anak SD yang sudah was-was dangan hasil ujiannya. Akhirnya sampai dewasa ia terus mempraktekan kata ibunya itu. Menjadi ritual ketika punya keinginan, doa-doa menjadi selalu tertaut di sepertiga malam. Keinginan apapun, baik menyangkut dunia atau akhirat, mulai dari kesehatan, lancar sekolahnya, keterima di kampus negri, mati khusnul khotimah dll yang terakhirnya selalu disisipi kata permintaan ‘yang terbaik.’ Peristiwa kelulusan ujian itu terekam kuat dalam memorinya sejak belia, seperti menjumpai hasil yang nyata.

Namun tentu saja doa-doanya tidak semua terkabul. Banyak hal yang dipinta sang anak juga meleset, tapi ia tetap tak henti berdoa. Doa menjadikannya tenang ketika usaha maksimal sudah dikerahkan. Mungkin akan banyak yang mengkritiknya tapi nyatanya untaian doa-doa itu menuntun dalam hidupnya.

Hingga ketika dewasa, dihadapkan pada teknologi yang semakin maju. Internet lewat segenggam telfon pintar amat menggoda mengajaknya mengarungi dunia hiburan, mulai dari video memasak sampai drama korea dan film action.

Tapi ya bagaimana lagi kebiasaannya berdoa sudah mengakar kuat karena sudah diikat kuat oleh ibunya sejak kecil. Jadi meskipun nonton drama korea seharian, ia pun tetap sisipkan untaian doanya di 2 jam waktunya untuk berlama-lama di tempat sujud.

Doa memang tidak selalu menjawab pintanya tapi selalu efektif membuatnya tenang hingga dapat memutuskan tindakan selanjutnya dalam keadaan hati yang tenang. Ketenangan hati itu yang membuatnya dapat menimbang kebaikan dan keburukan dari semua pilihan yang ada, sehingga keleliruan menjadi berkurang.

Bagi yang meyakini lekuatan doa, ia merasa doa tidak hanya menjadikannya lebih tenang tapi juga bisa mengubah takdir, tentu saja dengan merayu Pemilik Takdir. Seperti seorang anak yang meminta sepatu pada orangtuanya, ia rela melakukan apapun untuk dapat sepatu baru, biasanya dengan dipotong uang sakunya. Satu kenikmatan berkurang tapi kenikmatan lain datang disertai kepuasan. Seperti waktu tidur yang harus berkurang, begitu diantara jalan yang ditempuh para pendoa.

Wallahu a’lam


Wrote by Umi Nurchayati

Dok: Komplek Q

Esok itu Yana pergi bersama teman-temannya, kepergian mereka bukan untuk jalan-jalan biasa. Mereka menyusuri sudut kota untuk membagikan sembako pada fakir miskin dan dhuafa.

Keadaan ekonomi yang sulit membuat Yana dan teman-temannya sangat prihatin, mereka melihat banyak orang kelaparan karena kehilangan pekerjaan. Akhirnya Yana dan teman-temannya berinisiatif untuk melakukan penggalangan dana. Setelah 15 hari lebih akhirnya uang yang terkumpul cukup rumayan. Uang dari penggalangan dana itu mereka belikan sembako untuk diberikan santunan kepada fakir miskin demi menyambut lebaran tahun ini.

Akhirnya misi mulia ini akan ditunaikan, mereka menaiki mobil Anton, teman sekelas Yana semasa kuliah. Yana dan teman-teman rombongannya dengan penuh suka cita mrngantarkan bingkisan-bingkisan sembako itu. Mereka menemui penjual bensin pinggir jalan, tukang parkir, tukang bersih-bersih dll.

Yana dan teman-temannya sangat senang akhirnya bisa berbagi, bisa turut berkontribusi menghadapi covid-19 dengan segala dampak yang ditimbulkannya. Akhirnya waktu semakin sore, menjelang ashar mereka singgah di sebuah masjid untuk sholat ashar. Seharian bagi-bagi sembako disaat berpuasa sungguh mengoras tenaga.

Yana ke kamar mandi untuk berwudhu tapi ia mendapati dirinya ternyata haid, sungguh sedih sekali hati Yana, sudah menjelang berbuka malah batal puasanya.
Adzan berkumandang mereka berbuka di sebuah tempat makan yang masih dibuka namun hanya bisa take away. "Wuhh seger".. ucap Anton membawa 3 jus buah.
"Ehh Yana kan nggak puasa. Kamu mau yan," timpal Joko.
"Yana udah batal ding"
"Ya iyalah nggak perlu buka udah batal" 

Akhirnya Yana tidak dikasih jusnya karena memang hanya beli 3 sementara ada 4 orang dalam mobil. Yana hanya bisa menahan haus dan melihat teman-temannya minum jus yang segar. Walaupun tidak sampai maghrib puasanya tapi Yana sudah puasa sampai jam 4 sore, apalagi Yana juga tidak sempat sahur hanya minum segelas air putih karena keburu adzan subuh berkumandang. Kalau kalian jadi Yana apa yg ingin teman- teman katakan?
***


Mendengar ucapan Anton dan Joko Yana seketika terdiam, kaget dan tak menyangka. Bisa-bisanya Joko dan Anton bertingkah seperti itu.
Berbagai terkaan berkecamuk di benak Yana, "wuih itu namanya diskriminasi kalau kyak gitu, yang tidak puasa harusnya menghormati yang puasa dan yang puasa juga menghormati yang tidak puasa," ucap Yana sambil menahan emosi, begitu tak kuatnya ia memendam perasaan pahit yang baru saja dialaminya. Akhirnya hanya kata-kata itu yang terucap dan ia langsung diam tak mau lagi menerangkan panjang lebar karena akan semakin menyulut emosinya .

Dalam benaknya ia hanya bisa merangkai gagasan dan terkaan-terkaan, "kok bisa-bisanya orang yang selama ini ia kenal baik agamanya, baik puasanya, dan baik juga orangnya bisa berucap seperti itu," batin yana.  Hati Yana amat sakit mendengarnya, sebagai seorang muslim Yana juga sangat ingin dapat berpuasa sampai maghrib dan berbuka bersama-sama. Tapi apa boleh buat, bagaimanapun Yana adalah seorang wanita, yang harus mengalami menstruasi, sebuah kondisi biologis yang secara otomatis akan menimpa wanita yang sudah akil baligh, suatu kejadian yang sudah ditetapkan Allah (sunatullah).

Yana tidak bisa memilih untuk dilahirkan sebagai perempuan atau laki-laki karena yang menentukan semua itu hanya Allah semata. Sejak alam kandungan Allah sudah menentukan perbedaan itu, apakah ia akan dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan. Yana dan manusia-manusia lain tidak bisa memilih itu. Yana hanya meyakini apapun yang sudah ditentukan Tuhan pastilah yang terbaik, Tuhan itu pasti adil dengan segala yang diciptakan-Nya, begitulah Yana meyakini. Perbedaan yang sudah ditentukan Allah pastilah adil, hanya manusia saja yang sering membuatnya menjadi tidak adil.

Seperti yang baru saja ia alami, kalau boleh memilih Yana juga ingin tidak haid dan melanjutkan puasanya sampai genap.

Sebenarnya Yana juga tidak mengharap untuk dibelikan jus, toh ia bisa membelinya sendiri. Tapi ini berbeda, Yana merasa bahwa seharusnya Joko dan Anton tidak bicara seperti itu mengingat batalnya puasa Yana juga bukan hal yg disengaja. Peristiwa batal puasanya adalah takdir yang sudah dikehendaki Tuhan, Harusnya sebagai laki-laki yang sregep sholat ngajinya, Anton dan Joko paham itu, pikir Yana.
***

Mungkin ini adalah perkara yang klise dan remeh temeh bagi Joko dan Anton. Yana diberhentikan di sebuah caffe dan disuruh turun beli minum.. uhh Yana makin kesal, temannya tak kunjung mengerti kalau bukan masalah haus dan dahaga lagi yng dirasakan Yana. Ini adalah perkara lain yang rupanya masih banyak orang tidak menyadarinya.

Ya bagaimana lagi, sebagai anak kandung patriarki kemampuan kita mengkotak-kotakkan pekerjaan dan kegiatan, serta kejadian berdasar jenis kelamin memang sudah terasah. Ketika masak-masak bareng cuci piring adalah tugas perempuan, nggangkat galon adalah tugas laki-laki. Padahal perempuan juga biasa ngangkat galon. Di banyak institusi keagamaan praktik-praktik bias gender amat sering terjadi. Padahal pekerjaan tak punya jenis kelamin, manusialah yang menentukan suatu pekerjaan dilakukan oleh laki-laki atau perempuan.

Laki-laki dan perempuan adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan, yang mempunyai keunikannya sendiri-sendiri, yang juga sama-sama diberi akal dan kemampuan. Kebetulan Allah menghendaki wanita untuk menstruasi, nengandung, melahirkan, nifas dll, sedangkan laki-laki tidak. Pengalaman biologis laki-laki lebih sedikit dibanding perempuan. Oleh sebab itu hukum fikih syariah juga berbeda dalam menentukan hukum antara laki-laki dan perempuan.

Wanita boleh tidak berpuasa ketika menyusui karena dikhawatirkan anaknya akan kekurangan ASI ketika ibunya terus menahan haus dan lapar. Sedangkan laki-laki dibebankan tanggung jawab lebih dalam hal pemenuhan nafkah untuk keluarga, disini laki-laki adalah yang utama tapi bukan berarti wanita juga tidak boleh bekerja. Maksud seorang suami dibebankan menjadi yang utama dalam hal nafkah keluarga adalah karena ia tidak menanggung melahirkan dan menyusui, bukan karena posisi laki-laki lebih tinggi daripada perempuan, karena posisi suami dan isri dalam rumah tangga adalah sejajar untuk saling melengkapi dan bekerja sama.

Memahami hubungan antara laki-laki dan perempuan ini amat penting karena menentukan kehidupan antara keduanya. Sehingga kacamata keadilan harus benar-benar dipakai, adil bukan perkara sama rata tapi perkara kesesuaian. Semua yang sudah ditakdirkan Allah itu pasti adil (العدل), sekarang tugas manusia yang harus semaksimal mungkin bersikap adil dengan memerhatikan tanda-tanda keadilan yang sudah ditetapkan Allah Swt.

Rupanya dalam tahap ini kita akan melihat kesholehan secara ibadah/ritual tidak akan menjamin seseorang berbuat adil, hanya orang yang sudah mencapai 'ihsan' yang bisa tahu mana yang lebih baik untuk ini dan itu.

Ihsan adalah puncak dari akhlak manusia, orang yang 'ihsan' pasti juga sholeh secara syariat. Islam memang agama akhlak, membentuk manusia menjadi berakhlakul karimah adalah tujuan islam, sedang ibadah ritual sepert sholat, puasa dll adalah bentuk patuh terhadap sang Pencipta. Dengan menjalankan ritual itu manusia berharap kepada Allah agar hidupnya dituntun, diridhoi dan ditujukkan jalan yang benar dalam proses menuju 'insan kamil', menjadi umat terbaik yang tahu mana yg baik dan mana yang buruk, bagaimana seharusnya bersikap terhadap sesama manusia, antara laki-laki dan perempuan bahwa hubungan keduanya adalah ketersalingan.

Wallahu a'lam
Wrote by Umi Nurchayati
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Wikipedia

Hasil penelusuran

Halaman

  • Beranda
  • Motivasi
  • KOLOM
  • PUISI
  • Sebuah Perjalanan
  • Stories / Notes
  • Tips & Trik
  • Who Am I

Jejak

  • ►  2024 (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2023 (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2022 (8)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  April (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (9)
    • ►  November (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (1)
  • ▼  2020 (11)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ▼  September (4)
      • Menepis Ketakutan Belajar
      • Menyikapi Budaya Konsumtif Secara Bijak Dari Lagu ...
      • Rahasia Para Pendo’a
      • Memahami Keadilan Gender Dalam Islam #CeritaPendek
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (13)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2018 (18)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (2)
  • ►  2016 (1)
    • ►  Desember (1)
  • ►  2015 (6)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2013 (4)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Februari (1)

Instagram

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

Popular Posts

  • Rahasia Para Pendo’a
      Sejak kecil anak-anak selalu diajarkan berbagai macam doa, mulai dari doa bangun tidur, mau makan, selesai makan,masuk/keluar kamar mandi,...
  • Memahami Keadilan Gender Dalam Islam #CeritaPendek
    Dok: Komplek Q Esok itu Yana pergi bersama teman-temannya, kepergian mereka bukan untuk jalan-jalan biasa. Mereka menyusuri sudut kota...
  • Menepis Ketakutan Belajar
      Doa belajar رَضِتُ بِااللهِ رَبَا وَبِالْاِسْلاَمِ دِيْنَا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيَا وَرَسُوْلاَ رَبِّ زِدْ نِيْ عِلْمًـاوَرْزُقْنِـيْ فَهْمًـ...
  • Mengenal Perempuan
    Jumlah perempuan di Indonesia diprediksi mencapai kurang lebih 200 juta jiwa. Begitu banyak dengan total penduduk yang menempati peringkat 4...
  • Bersyi'ar dengan Cinta ala Mbah Kakung dan Mbah Putri
    Setelah beberapa hari lalu mbah terakhir saya, Mbah Putri dari pihak Bapak kapundhut dhateng Gusti Allah, saya jadi ingat Mbah Kakung juga ...
  • Review Buku: CRIME AND PUNISHMENT - FYODOR DOSTOEVSKY
      dok. pribadi Judul: Crime and Punishment ; Penulis: Fyodor Dostoevsky ; Penerbit: Wordsworth Classics ; Penerjemah dalam B. Inggris: C...
  • Menikah Bukan Untuk Lari dari Masalah
      Kamu lagi pusing ya..? "Yaudah nikah aja" Begitu tiba-tiba seseorang menjawabnya setelah kamu menceritakan problematika hidupmu....

Draft

  • coretan unc
  • Motivasi
  • Opini
  • Puisi
  • sebuah perjalanan
  • stories / notes
  • Tips & Trik

Mengenai Saya

Foto saya
Umi Nurchayati
Blog pribadi Umi Nurchayati @uminurchayatii | uminurchayatiii@gmail.com | "Dalam samudra luas, riak saja bukan"
Lihat profil lengkapku

Copyright © 2019 Bangun Pagi-pagi. Designed by OddThemes & Blogger Templates