• Beranda
  • Motivasi
    • Premium Version
    • Free Version
    • Downloadable
    • Link Url
      • Example Menu
      • Example Menu 1
  • Opini
    • Facebook
    • Twitter
    • Googleplus
  • Puisi
    • Langgam Cinta
    • Pertemuan Bahagia dan Sedih
      • Category 1
      • Category 2
      • Category 3
      • Category 4
      • Category 5
    • Sub Menu 3
    • Sub Menu 4
  • Sebuah Perjalanan
  • Stories / Notes
  • Tips - Trik
  • Who Am I

Bangun Pagi-pagi




Ilustrasi
credit: uminc


Aku
Terbawa oleh ombak
Terhembus oleh angin

Aku
Dibangun oleh tawa
Dibentuk oleh lara

Aku dan lara
Bersahabat dengan diri
Tapi tidak dengan hati

- umi nur chayati
Yogyakarta, 2018

Wrote by Umi Nurchayati
Ilustrasi,
In frame: umi nc, credit: kawan


Untuk apa aku diciptakan?
Mengapa aku diciptakan?
Mengapa diri ini aku?

Tiga bait diatas adalah pertanyaan dasar bagi orang-orang yang berpikir. Ya, sejatinya yang berakal adalah berpikir. Manusia diciptakan dengan karunia akal yang membedakan dari makhluk-makhluk lain.
Semua makhluk diciptakan sama
Punya hak hidup, makan, bernafas, dan tumbuh
Manusia diciptakan sama, semuanya sejajar dan mengemban tugas yang sama yakni sebagai khalifah di bumi. Allah Swt. Sendirilah yang telah melekatkan tugas tersebut secara jelas dalam nashNya di Al-Qur’anul karim, lantas bagaimana seorang khalifah fil ardhi itu? selanjutnya apa yang harus kita lakukan, apa yang harus kita perbuat?

Sebenarnya di kala ku masih kecil, aku juga belum memikirkan akan hidup ke depannya, membayangkan seperti apa pun belum. Waktu itu kita hanya masih berpuas pada cita-cita. Seiring berjalannya waktu, semua yang hidup itu tumbuh dan berkembang. Kita lalui apa yang disebut proses, dalam proses itu aku, kami dan kita semua berkembang, langkah-demi langkah yang dilalui membawa pada berbagai macam perubahan. Manusia memang diberi wewenang untuk berpikir sehingga akhirnya selalu membawa manusia pada proses perubahan. Selalu ingin berubah lebih baik dan belajar dari pengalaman hari kemarin.itulah manusia, itulah aku kamu kami dan kita semua.

Sebagai orang mukmin telah diberikan petunjuk dari Tuhan nya langsung, Al-Qur’an telah diturunkan Allah Stw. Sebagai petunjuk untuk menggapai kesejatian hidup. Hidup yang selamanya, hidup yang kekal dan langgeng sampai di akhirat kelak. Bagi orang mukmin, telah pula diutus Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi dan rasul untuk menjadi suri tauladan, mengajarkan Islam, menyebarkan agama rahmah.

Aku pun baru berfikir sejatining urip ialah sejak belajar di pondok pesantren. Dunia pesantren mengajariku banyak hal. Awalnya aku heran, kenapa banyak orang rela mengabdikan dirinya disana. Banyak guru tak dibayar dan selalu hadir jika tak ada kepentingan mendesak, banyak juga santri yang rela memasakan makanan untuk seluruh warga pesantren tanpa diupah, pun ada juga yang rela sebagai tukang selalu siap membenarkan segala fasilitas pesantren yang terkadang rusak, sampai saluran air yang sering mampet. Dunia pengabdian begitu terasa tanpa koar-koar sana-sini.

Awalnya aku juga bingung kenapa mereka mau melakukannya. Sejak tujuh tahun lalu, sejak beberapa hari di awal  aku mengenal pesantren,aku mempertanyakannya. Hingga sampai empat tahun itu aku mulai mengerti perlahan. Sebagai manusia pasti mereka punya hal yang mendasari perbuatan, itulah sedikit pengertian alasan. Terkadang kita tak akan mengerti alasan yang dipakai setiap orang.

Dalam dunia pesantren dikenal istilah ‘Barokah’. Kata barokah menjadi sebuah term akan keridoan sang Kyai. Ketika sang guru ridho dengan muridnya maka murid tersebut akan dengan mudahnya menerima apa-apa yang diajarkan gurunya. Karena Barokah lagi-lagi membawa pada prinsip, bukankah doa orang-orang shaleh itu diijabah oleh Allah Swt. Asalkan kita ikhlas melakukannya maka pahala tak hentinya akan mengalir ak henti-hentinya, pada akhirnya pintu kemudahanpun akan terbuka.

Semua orang bebas untuk menghayati hidupnya, masing-masing juga mempunyai pemaknaan senndiri dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah fil ardhi, ada yang dengan belajar giat, sedekah terus menerus, membantu orang lain, menjaga keamanan negara dan masih banyak lagi. 
Saat ini dalam prosesku aku hanya ingin hidupku ini bermanfaat, agar hidupku ini bisa dikenang, terlebih di pelajari cara hidupku. Sekarang aku hanya ingin menebar manfaat, tak peduli dimana pun, tak peduli kapan pun. Sebagai khalifah fil ardhi, aku hanya ingin menebar manfaat sebanyak mungkin.
Wrote by Umi Nurchayati


Gadis Kampung Warmon berdiri disamping bendera Merah Putih yang ia tancapkan di halaman rumah warga
credit: umi
Senin minggu ini adalah hari pertama diadakannya lomba 17an. Serangkaian acara sudah disusun, segala persiapan ditempuh. Dengan tema “Merajut Mimpi Dalam KeBhinnekaan” yang tiba-tiba terceletuk dari mulut seorang teman saya, sebut saja Kahfi. Ditengah rapat sebelum hari itu, yang diadakan mini panitia 17-an, semua anak bingung menentukan kapan perlombaan-perlombaan yang sudah disusun dan dibuat list itu akan diadakan. Terang saja, iklim saat itu memang tak menentu, hujan terus mengguyur tak peduli pagi, siang dan malam. Membuat jalan becek bahkan sampai banjir. Banjir di Warmon Kokoda tak bisa dianggap remeh karena sungai akan meluap dan berakhir banjir. Ketidakadaan daerah resapanlah yang membuatnya menjadi rawan banjir. Suasana malam itu hening di tengah rapat karena semua sibuk memikirkan tema yang akan diusung dalam serangkaian acara memeriahkan HUT RI yang ke 72 tahun tersebut. Sebuah suara memecahkan keheningan kala itu
“merajut mimpi dalam ke-Bhinnekaan”
Sontak saja langsung dibanjiri sedikit olokan dari teman-teman tapi tetap dipertimbangkan.
“mungkin bisa diterangkan maksud merajut mimpi dalam kebhinnekaan itu saudara Kahfi” timpal Ade yang merupakan ketua panitia 17 Agustus.
Dengan segala pertimbangan dan dukungan dari beberapa anggota lain akhirnya tema yang terceletuk dari sebuah ketidaksengajaan tersebut diputuskan menjadi tema  acara dan suasana kembali mencair penuh canda.
Banner Prayaan Hari Kemerdekaan RI yang dipasang di Kampung Makbusun
credit: MBN 

***

12 Agustus 2017
            Sunrise yang indah dan banjir menyambut pagi kami, entah berapa kubik air yang jatuh di Kokoda dalam semalaman itu. Baru malamnya saya dan beberapa anak lain pulang dari tempat Budhe berjalan kaki melewati tanah pecek seperti biasa, paginya sudah banjir setinggi lutut laki-laki dewasa. Dalam rumah yang tak lebih luas dari 30 m2 itu kami terkungkung menunggu air surut, juga menunggu sarapan yang tak kunjung masak.
            Memasak di Kokoda memang tak mudah, perlu sedikit peluih untuk sekedar membuat sarapan. Ketiadaan air bersih memaksa beberapa laki-laki yang piket[1] di hari itu mencari air bersih untuk sekedar mencuci sayur dan beras, sementara untuk memasak kami masih mengandalkan air galon yang dibeli di warung Bu Sur di kampung transmigran depan yang rumayan jauh, dan air hujan yang turunnya tak menentu.
            Akhirnya sarapan pagi itu yang menjelang siang lebih tepatnya masak, sayur kangkung seperti biasa menghiasi ruang tamu, ditambah tempe goreng yang cukup untuk lauk pagi itu. Sudah bagus sarapan pagi itu jadi sekitar pukul 10.00 WIT di tengah banjir seperti ini. Ohh.. iya walaupun tak ada air galon karena keterhambatan akses rupanya air hujan justru melimpah.  Air hujanlah sumber kehidupan pagi itu di rumah paling ujung yang dijadikan posko ke dua kami, sementara posko pertama dihuni oleh laki-laki yang berada agak didepan rumah posko dua yang dihuni perempuan dan beberapa laki-laki.
            Selang beberapa jam sampai menjelang siag rupanya air tak kunjung surut, tentu saja kami tak bisa tinggal diam terus di rumah seperti ini. Banjir pun akhirnya diterobos, tak peduli seberapa tinggi itu. Tapi rupanya kami masih kalah kreatif dengan masyarakat, mereka menggunakan kapal kecil (kano) untuk pergi ke warung Mercy membeli pisang goreng. Sepatu boot yang biasa digunakan rupanya tak cukup melindungi kaki, jadi lebih baik memakai sandal atau “nyeker” tak memakai alas ditengah banjir setinggi lutut seperti ini. Sejak saat itu banjir dan pecek sudah bukan halangan.
            “medkom tolong ada yang ke depan, itu ada lomba renang”
Rupanya banjir telah dimanfaatkan warga untuk mengadakan perlombbaan yaitu lomba renang, Bapak Desa lah yang telah menginisiasi warganya untuk lomba renang saja sekaligus menyambut hari kemerdekaan yang tinggal menghitung hari.

Keriuhan lomba renang di sungai Kampung Warmon
credit: video amatir format Instastory

            Aku langsung bergegas pergi ke depan tepatnya di dekat jembatan yang merupakan jembatan penyeberangan diatas suangai Warmon (kali Warmon). Sepatu boot berhasil kupakai karena air sudah sedikit surut. Ku tenteng Camera Canon Miroless, dengan langkah gontai langsung ku jebret sana sini. Beberapa momen menarik berhasil kudapatkan.
            “itu sudah.., benderanya disana,”
            “mantap sekali”
Komentar mama-mama dan remaja-remaja putri Warmon menambah kemeriahan perlombaan itu. tak hanya pandai berkomentar mereka juga turut menyemangati peserta sambil sesekali ikut merasakan cipratan Kali Warmon yang banjir itu. Bapak Desa yang mencatat para pemenang dengan dibantu Bapak Jalal, ketua RT.02 dan Sihe, salahsatu teman PPM kami.
Tak perlu banyak kata karena semangat 17 sangat terlihat, perebutan bendera merah putih yang ditancapkan di ujung kali Warmon begitu meriah, semua peserta menginginkannya. Berenang sekencang-kencangnya secepat-cepatnya menjadi satu-satunya pilihan untuk mendapatkan merah putih itu.
Klik Vlog Lomba Renang _ KKN-PPM MBN UMY Kokoda 2017
***




[1] (piket); bagian memasak, membersihkan rumah dll, giliran

Wrote by Umi Nurchayati
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Wikipedia

Hasil penelusuran

Halaman

  • Beranda
  • Motivasi
  • KOLOM
  • PUISI
  • Sebuah Perjalanan
  • Stories / Notes
  • Tips & Trik
  • Who Am I

Jejak

  • ►  2024 (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2023 (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2022 (8)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  April (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (9)
    • ►  November (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2020 (11)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (13)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ▼  2018 (18)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (3)
    • ▼  Juli (3)
      • Ilustrasi credit: uminc Aku Terbawa ole...
      • REFLEKSI - Sejatinya Hidup
      • seulas senyum di sunset merah Kokoda: Semangat 17a...
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (2)
  • ►  2016 (1)
    • ►  Desember (1)
  • ►  2015 (6)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2013 (4)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Februari (1)

Instagram

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

Popular Posts

  • Rahasia Para Pendo’a
      Sejak kecil anak-anak selalu diajarkan berbagai macam doa, mulai dari doa bangun tidur, mau makan, selesai makan,masuk/keluar kamar mandi,...
  • Memahami Keadilan Gender Dalam Islam #CeritaPendek
    Dok: Komplek Q Esok itu Yana pergi bersama teman-temannya, kepergian mereka bukan untuk jalan-jalan biasa. Mereka menyusuri sudut kota...
  • Menepis Ketakutan Belajar
      Doa belajar رَضِتُ بِااللهِ رَبَا وَبِالْاِسْلاَمِ دِيْنَا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيَا وَرَسُوْلاَ رَبِّ زِدْ نِيْ عِلْمًـاوَرْزُقْنِـيْ فَهْمًـ...
  • Mengenal Perempuan
    Jumlah perempuan di Indonesia diprediksi mencapai kurang lebih 200 juta jiwa. Begitu banyak dengan total penduduk yang menempati peringkat 4...
  • Bersyi'ar dengan Cinta ala Mbah Kakung dan Mbah Putri
    Setelah beberapa hari lalu mbah terakhir saya, Mbah Putri dari pihak Bapak kapundhut dhateng Gusti Allah, saya jadi ingat Mbah Kakung juga ...
  • Review Buku: CRIME AND PUNISHMENT - FYODOR DOSTOEVSKY
      dok. pribadi Judul: Crime and Punishment ; Penulis: Fyodor Dostoevsky ; Penerbit: Wordsworth Classics ; Penerjemah dalam B. Inggris: C...
  • Menikah Bukan Untuk Lari dari Masalah
      Kamu lagi pusing ya..? "Yaudah nikah aja" Begitu tiba-tiba seseorang menjawabnya setelah kamu menceritakan problematika hidupmu....

Draft

  • coretan unc
  • Motivasi
  • Opini
  • Puisi
  • sebuah perjalanan
  • stories / notes
  • Tips & Trik

Mengenai Saya

Foto saya
Umi Nurchayati
Blog pribadi Umi Nurchayati @uminurchayatii | uminurchayatiii@gmail.com | "Dalam samudra luas, riak saja bukan"
Lihat profil lengkapku

Copyright © 2019 Bangun Pagi-pagi. Designed by OddThemes & Blogger Templates