REFLEKSI - Sejatinya Hidup

Ilustrasi,
In frame: umi nc, credit: kawan


Untuk apa aku diciptakan?
Mengapa aku diciptakan?
Mengapa diri ini aku?

Tiga bait diatas adalah pertanyaan dasar bagi orang-orang yang berpikir. Ya, sejatinya yang berakal adalah berpikir. Manusia diciptakan dengan karunia akal yang membedakan dari makhluk-makhluk lain.
Semua makhluk diciptakan sama
Punya hak hidup, makan, bernafas, dan tumbuh
Manusia diciptakan sama, semuanya sejajar dan mengemban tugas yang sama yakni sebagai khalifah di bumi. Allah Swt. Sendirilah yang telah melekatkan tugas tersebut secara jelas dalam nashNya di Al-Qur’anul karim, lantas bagaimana seorang khalifah fil ardhi itu? selanjutnya apa yang harus kita lakukan, apa yang harus kita perbuat?

Sebenarnya di kala ku masih kecil, aku juga belum memikirkan akan hidup ke depannya, membayangkan seperti apa pun belum. Waktu itu kita hanya masih berpuas pada cita-cita. Seiring berjalannya waktu, semua yang hidup itu tumbuh dan berkembang. Kita lalui apa yang disebut proses, dalam proses itu aku, kami dan kita semua berkembang, langkah-demi langkah yang dilalui membawa pada berbagai macam perubahan. Manusia memang diberi wewenang untuk berpikir sehingga akhirnya selalu membawa manusia pada proses perubahan. Selalu ingin berubah lebih baik dan belajar dari pengalaman hari kemarin.itulah manusia, itulah aku kamu kami dan kita semua.

Sebagai orang mukmin telah diberikan petunjuk dari Tuhan nya langsung, Al-Qur’an telah diturunkan Allah Stw. Sebagai petunjuk untuk menggapai kesejatian hidup. Hidup yang selamanya, hidup yang kekal dan langgeng sampai di akhirat kelak. Bagi orang mukmin, telah pula diutus Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi dan rasul untuk menjadi suri tauladan, mengajarkan Islam, menyebarkan agama rahmah.

Aku pun baru berfikir sejatining urip ialah sejak belajar di pondok pesantren. Dunia pesantren mengajariku banyak hal. Awalnya aku heran, kenapa banyak orang rela mengabdikan dirinya disana. Banyak guru tak dibayar dan selalu hadir jika tak ada kepentingan mendesak, banyak juga santri yang rela memasakan makanan untuk seluruh warga pesantren tanpa diupah, pun ada juga yang rela sebagai tukang selalu siap membenarkan segala fasilitas pesantren yang terkadang rusak, sampai saluran air yang sering mampet. Dunia pengabdian begitu terasa tanpa koar-koar sana-sini.

Awalnya aku juga bingung kenapa mereka mau melakukannya. Sejak tujuh tahun lalu, sejak beberapa hari di awal  aku mengenal pesantren,aku mempertanyakannya. Hingga sampai empat tahun itu aku mulai mengerti perlahan. Sebagai manusia pasti mereka punya hal yang mendasari perbuatan, itulah sedikit pengertian alasan. Terkadang kita tak akan mengerti alasan yang dipakai setiap orang.

Dalam dunia pesantren dikenal istilah ‘Barokah’. Kata barokah menjadi sebuah term akan keridoan sang Kyai. Ketika sang guru ridho dengan muridnya maka murid tersebut akan dengan mudahnya menerima apa-apa yang diajarkan gurunya. Karena Barokah lagi-lagi membawa pada prinsip, bukankah doa orang-orang shaleh itu diijabah oleh Allah Swt. Asalkan kita ikhlas melakukannya maka pahala tak hentinya akan mengalir ak henti-hentinya, pada akhirnya pintu kemudahanpun akan terbuka.

Semua orang bebas untuk menghayati hidupnya, masing-masing juga mempunyai pemaknaan senndiri dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah fil ardhi, ada yang dengan belajar giat, sedekah terus menerus, membantu orang lain, menjaga keamanan negara dan masih banyak lagi. 
Saat ini dalam prosesku aku hanya ingin hidupku ini bermanfaat, agar hidupku ini bisa dikenang, terlebih di pelajari cara hidupku. Sekarang aku hanya ingin menebar manfaat, tak peduli dimana pun, tak peduli kapan pun. Sebagai khalifah fil ardhi, aku hanya ingin menebar manfaat sebanyak mungkin.

Tags:

Share:

3 komentar

  1. Balasan
    1. Terimakasih Gabriel, doa yang baik kembali pada yang mendoakan 😊😊

      Hapus
  2. Mereka yang menyadari akan kehakikatan hidup tentunya setiap nafas yang keluar dan masuk akan dimaknai dengan hal hal baik yang membawanya pada keselamatan dunia akhirat

    BalasHapus